Tuesday 10 November 2020

NILAI-NILAI KEBUDAYAAN MASYARAKAT PRAAKSARA




A.  Hasil Kebudayaan Masyarakat Pra aksara

Masa praaksara atau nirleka (nir; tidak ada, leka; tulisan) adalah sebutan terhadap suatu masa ketika manusia belum mengenal aksara atau tulisan. Di sebut juga masa prasejarah.

Meski belum mengenal tulisan, masyarakatnya telah memiliki kemampuan berbahasa dan berkomunikasi lisan serta mampu merekam pengalaman masa lalunya sedemikian rupa sehingga kita sekarang dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan masyarakat di masa lalu.

Kurun waktu masa praaksara di awali sejak manusia ada pada kala Pleistosen yaitu sekitar 3.000.000 sampai 10.000 tahun yang lalu, dan berakhir ketika manusia mengenal tulisan (masa sejarah). Dengan demikian, batas antara masa praaksara/prasejarah dan masa sejarah adalah mulai di kenalnya tulisan.

Berakhir masa prasejarah atau di mulainya masa sejarah untuk setiap bangsa tidak sama, tergantung tingkat peradabannya. Bangsa Mesir, isalnya sudah mengenal tulisan sekitar tahun 4.000 SM itu berarti bangsa mesir pada waktu itu sudah memasuki masa sejarah. Bangsa Cina mengenal tulisan sejak tahun 2.000 SM, dan masa sejarah Cina di mulai sejak saat itu.

Masa praaksara indonesia di perkirakan mulai dari kala Pleistosen sampai sekitar abad ke-5 M. sebagian ahli berpendapat periodenya tidak sepanjang itu, tetapi mulai dari 1,7 juta tahun yang lalu sampai abad ke-5. Mulai abad ke-5 indonesia memasuki masa sejarahhal ini di tunjukan dengan penemuan prasasti berbentuk Yupa di tepi sungai Mahakam, Kuati, Kalimantan Timur.

Prasasti tersebut tidak berangka tahun, namun bahasa dan bentuk huruf yang di pakai memberi petunjuk bahwa prasasti itu di buat sekitar tahun 400-an. Meski demikian,  tidak semua wilayah nusantara sudah mengenal tulisan pada sekitar abad tersebut. Berakhirnya masa prasejarah dan di mulainya masa sejarah untuk tiap wilayah di indonesia berbeda-beda

 

1.   Masa berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) tingkat sederhana

a) Kehidupan manusia terpusat pada upaya mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang penuh tantangan, dengan kemampuannya yang masih sangat terbatas.

b) Kegiatan pokoknya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan peralatan dari batu, kayu, dan tulang. Kehidupan manusia masih sangat tergantung pada alam lingkungan sekitarnya, karena cara mendapatkan makanan secara langsung dari alam, tanpa melalui proses, baik dalam mengumpulkan sampai pada cara makan.

c)  Ada beberapa 4 jenis manusia purba di Indonesia pada masa berburu dan meramu pada tingkat sederhana yaitu Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Homo Sapiens, dan Wajak (Homo Wajakensis).

d) Teknologi hanya mengutamakan segi praktis sesuai tujuan penggunaannya saja, namun lama kelamaan ada penyempurnaan bentuk. Di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih, serta pada perkembangan berikutnya ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk.

 e)  Kehidupan sosial

·   Menggantungkan kehidupannya pada kondisi alam di daerah sekitar tempat tinggalnya yang dapat memberikan persediaan makanan dan air serta menjamin kelangsungan hidupnya.

·  Hidup berkelompok dengan pembagian tugas yang laki-laki ikut kelompok berburu dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuhan dan hewan-hewan kecil.

·      Hidup bekerjasama dalam menanggulangi serangan binatang buas maupun adanya bencana alam yang sewaktu-waktu dapat mengusik kehidupan mereka.

·   Alat-alat yang dibuat dari batu, kayu, tulang, dan tanduk terus-menerus mengalami penyempurnaan bentuk sesuai perkembangan alam pikiran mereka.

  

.2. Masa berburu dan meramu (mengumpulkan makanan) tingkat lanjut

Pada masa praaksara tingkat lanjut (menjelang berakhirnya masa praaksara), hasil-hasil budaya nenek moyang kita semakin kaya berupa munculnya banyak hasil budaya yang bersifat nonfisik (nonmaterial). Memang padamasa bercocok tanam telah satu bentuk hasil budaya nonfisik berupa kepercayaan, namun hasil-hasil budaya yang bersifat fisik tetap dominan.

Menjelang berakhirnya masa praaksara itu, kepercayaan akan roh-roh nenek moyang dan kekuatan yang melampaui kehidupan manusia semakin matang dan menjadi ritus, upacara menghormati roh-roh yang telah  mati dan bahkan menyembah kekuatan supranatural menjadi praktik yang rutin. Mereka juga sadar akan keberadaan mereka di dunia yang bersifat sementara, serta tujuan hidup mereka.

Kesadaran sebagai sebuah komunitas juga membuat mereka melembagakan aturan-aturan yang sudah ada, dan bahkan muncul nilai-nilai baru yang harus di hayati semua anggota. Singkat kata mereka sadar hidup ini harus bermakna dan dimaknai, tidak sekedar mencari makan dan menunggu mati. Karena itu perlahan-lahan terbentuk semacam pandangan hidup atau falsafah hidup ditengah-tengah mereka, yang terejawantah dalam nilai-nilai, etos, norma, sikap-prilaku, dan ritual-ritual keagamaan. Ini emua merupakan bentuk hasil-hasil budaya yang bersifat nonfisik.

Mereka ingin nilai dan pandangan hidup itu tidak hanya menjadi milik mereka, tetapi juga milik generasi-generasi berikut. Maka, hasil-hasil bedaya yang bersifat nonfisik ini mereka wariskan kepada generasi baru. Mereka belum mengenal tulisan, dan karena itu proses pewarisan dilakukan secara lisan. Hal ini di dukung semakin berkembangnya kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa. Melalui bahasa, mereka mewariskan nilai-nilai dan pandangan hidup mereka ke generasi-generasi berikutnya. Tokoh-tokoh penting dalam proses sosialisasi atau pewarisan itu adalah keluarga, masyarakat dan para tetua.

Ada dua cara menyampaikan nilai-nilai dan pandangan hidup komunitas tersebut, yaitu secara langsung melalui nasehat-nasehat dan petuah-petuah, dan secara tidak langsung melalui contoh hidup dan folklor (mitos, legenda, dongeng, upacara, nyanyian rakyat, dan lain-lain). Nasehat dan petuah yang disampaikan orang tua biasanya juga merupakan nasehat dan petuah leluhur mereka.

Folkllor itu bukan sebuah cerita dan/atau aktivitas tanpa makna, di dalamnya terkandung pandangan hidup, etos, sistem kepercayaan, kebiasaan, atau adat-istiadat masyarakat praaksara. Dalam kajian sejarah folklor  itu juga di sebut tradisi lisan. Dalam bagian ini, kita akan membahas tentang tradisi lisan dalam bentuk folklor itu.

3.Masa bercocok tanam dan beternak

a) perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok tanam membutuhkan waktu sangat panjang, karena tingkat kesulitan yang tinggi.

b) pada masa ini sudah mulai ada usaha bertempat tinggal menetap di suatu perkampungan yang terdiri atas tempat tinggal-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok.

c) mulai ada kerjasama dan peningkatan unsur kepercayaan yang diharapkan  adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketenteraman hidupnya.

d) Manusia

·        manusia yang hidup pada masa bercocok tanam di indonesia barat mendapat pengaruh besar dari ras Mongoloid, sedangkan di Indonesia Timur sampai sekarang lebih dipengaruhi ras Austromelanesoid.

·        kelompok manusia sudah lebih besar, karena hasil pertanian dan peternakan sudah dapat memberi makan sejumlah orang yang lebih besar pula. Jumlah anak yang banyak sangat menguntungkan, karena dapat menghasilkan makanan yang lebih banyak.

e) Teknologi

·        masa bercocok tanam di Indonesia dimulai kira-kira bersamaan dengan    berkembangnya kemahiran mengasah alat dari batu dan mulai dikenalnya teknologi pembuatan gerabah.

·         alat yang terbuat dari batu dan biasa diasah adalah beliung, kapak batu, mata anak panah, mata tombak, dan sebagainya. Di antara alat batu yang paling terkenal adalah beliung persegi.

f) Kehidupan masyarakat

·        masyarakat mulai meninggalkan cara-cara berburu dan mengumpulkan makanan, karena mereka sudah menunjukkan tanda-tanda akan menetap di suatu tempat, dengan kehidupan baru yaitu mulai bercocok tanam secara sederhana dan memelihara hewan.

·        proses perubahan tata kehidupan ditandai dengan perubahan cara memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, terjadi secara perlahan-lahan, namun pasti.

·        tempat tinggal dari yang masih sangat sederhana berbentuk bulat dengan atap dan dinding dari rumbai, perlahan-lahan berubah sedikit demi sedikit kepada bentuk lebih maju dengan daya tampung lebih banyak untuk menampung keluarga mereka.

g)Pemujaan roh nenek moyang

·        pemujaan roh leluhur maupun kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib menjadi adat kebiasaan masyarakat saat itu yang disebut animisme dan dinamisme.

·        sudah mulai ada kepercayaan tentang hidup sesudah mati, bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal. Upacara pemakaman dilakukan sedemikian rupa agar roh yang meninggal tidak salah jalan menuju nenek moyang mereka.

·        tradisi mendirikan bangunan megalitik (batu besar) muncul berdasarkan kepercayaan adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati, terutama karena adanya pengaruh yang kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.

4.Masa perundagian

a) pada masa bercocok tanam, manusia sudah berusaha bertempat tinggal menetap dengan mengatur kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yaitu menghasilkan bahan makanan sendiri di bidang pertanian maupun peternakan.

b) pada masa perundagian semuanya mengalami kemajuan dan penyempurnaan dengan mulai ditemukan bijih-bijih logam sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari logam.

      c) pada perkembangan berikutnya, terdapat golongan yang terampil dalam melakukan jenis usaha tertentu, misalnya terampil dalam membuat rumah kayu, pembuatan gerabah, pembuatan benda-benda dari logam, perhiasan, dan lain sebagainya.

      d) manusia yang bertempat tinggal di Indonesia pada masa ini diketahui dari berbagai penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, di Anyer Utara Jawa Barat, Puger Jawa Timur, Gilimanuk Bali, dan Melolo Sumba Timur.

     e) Teknologi

·        Pada masa perundagian teknologi berkembang sangat pesat akibat adanya penggolongan-penggolongan dalam masyarakat. Dengan beban pekerjaan tertentu, banyak jenis pekerjaan mempunyai disiplin tersendiri sehingga semakin beraneka ragam perkembangan teknologi yang terjadi pada masa itu termasuk perkembangan perdagangan dan pelayaran.

·        Teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan, menyangkut dan melibatkan berbagai bidang yang lain. Saat itu juga sedang berkembang teknologi peleburan, pencampuran, penempaan, dan pencetakan berbagai jenis logam yang dibutuhkan oleh manusia.

      f) Kehidupan sosial budaya

    pada masa perundagian, kepercayaan kepada arwah nenek moyang sangat menonjol karena dipercaya sangat besar pengaruhnya terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya, sehingga arwah nenek moyang harus diperhatikan dan dipuaskan melalui upacara-upacara.kehidupan masyarakat masa perundagian adalah hidup penuh rasa setia kawan dan perasaan solidaritas tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan nenek moyang.

 B.  Nilai-Nilai Peninggalan Budaya Masa Prasejarah

  Pengertian Nilai.

Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, benar atau berharga bagi seseorang. Setiap masyarakat atau setiap budaya memiliki nilai-nilai tertentu mengenai sesuatu. Bahkan budaya dan masyarakat itu merupakan nilai yang tak terhingga bagi orang yang memilikinya. Bagi manusia nilai dijadikan landasan, alasan, motivasi dalam segala perbuatan karena nilai itu mengandung kekuatan yang mendorong manusia meyakini untuk berbuat dan bertindak.Sedangkan yang dimaksud dengan nilai peniggalan budaya adalah penggalan budaya yang diyakini baik, benar dan berguna bagi masyarakat.

   Untuk itu bila masyarakat atau bangsa Indonesia masa kini meyakini kebenaran nilai-nilai peninggalan budaya masa prasejarah, maka akan dapat menumbuhkan kesadaran untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan warisan budaya bangsa.

 

1.       Nilai-Nilai Peninggalan Budaya Masa Prasejarah

Dari penjelasan di atas, tentu Anda ingin tahu lebih jauh tentang nilai apa yang dapat diwariskan dari peninggalan budaya masa prasejarah ini.Untuk itu simaklah uaraian materi tentang nilai-nilai peninggalan budaya masa prasejarah ini yang terdiri dari:

 

a..Nilai Religius (Kepercayaan)

Masyarakat praaksara sudah memiliki kepercayaan terhadap adanya kekuatan ghaib. Mereka mempercayai bahwa pohon rimbun yang tinggi besar, hutan lebat, gua yang gelap, pantai, laut atau tempat lainnya dipandang keramat karena ditempati oleh roh halus atau makhluk ghaib. Mereka meyakini bahwa kejadian-kejadian alam seperti hujan, petir, banjir, gunung meletus, atau gempa bumi adalah akibat perbuatan roh halus atau makhluk ghaib. Untuk menghindari malapetaka maka roh halus atau makhluk ghaib harus selalu dipuja. Kepercayaan terhadap roh halus ini disebut dengan animisme.

Selain percaya kepada roh halus, mereka juga percaya bahwa benda-benda tertentu seperti kapak, mata tombak atau benda lainnya memiliki kekuatan ghaib, karena ada kekuatan ghaibnya maka benda tersebut harus dikeramatkan. Kepercayaan bahwa benda memiliki kekuatan ghaib disebut  dinamisme.

       b. Nilai Gotong Royong

Masyarakat prasejarah hidup secara berkelompok, bekerja untuk kepentingan kelompok bersama, membangun rumah juga dilakukan secara bersama-sama. Hal ini dapat dibuktikan dari adanya bangunan-bangunan megalith yang dapat dipastikan secara gotong royong/bersama-sama.

Dengan demikian patutlah ditiru bahwa hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama hendaklah dilakukan secara bersama-sama (gotong royong) dengan prinsip berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.


        c. Nilai musyawarah

Nilai ini sudah dikembangkan oleh masyarakat prasejarah dalam hidupnya seperti dalam pemilihan pemimpin masyarakat dalam usaha pertanian dan perburuan. Dari perilaku tersebut menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya asas demokrasi.

 

        d.   Nilai Keadilan

Sikap ini sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat prasejarah sejak masa berburu yaitu adanya pembagian tugas sesuai dengan tenaga dan kemampuannya sehingga tugas antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan. Sikap keadilan ini berkembang pada masa perundagian, yaitu pembagian tugas berdasarkan keahliannya. Dari nilai tersebut mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan memperoleh hak yang sama/tugas yang sama apabila didukung oleh kemampuannya.

 Demikianlah nilai-nilai peninggalan budaya masa prasejarah yang patut untuk dibanggakan dan ditiru dalam kehidupan masyarakat pada masa sekarang.

 Dalam rangka menambah wawasan berpikir Anda, maka diskusikanlah dengan teman-teman Anda untuk mencari contoh-contoh perilaku pada masa sekarang yang mencermikan niali religius, nilai gotong-royong dan nilai musyawarah serta nilai keadilan seperti yang dikembangkan oleh masyarakat prasejarah.

 

        e. Tradisi Bahari (Pelayaran)

          Masyarakat praaksara telah mengenal ilmu astronomi.Ilmu ini sangat membantu pada saat mereka berlayar dari pulau ke pulau dengan memakai perahu yang sangat sederhana. Perahu-perahu cadik merupakan bentuk yang paling umum dikenal pada waktu itu.Perahu bercadik adalah perahu yang kanan-kirinya dipasang alat dari bambu dan kayu agar perahunya tidak mudah oleng. Perahu bercadik memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masa praaksara, selain sebagai sarana lalu lintas sungai dan laut, perahu ini juga berperansebagai alat penyebaran budaya.                                  

Dari uraian ini dapat diketahui bahwa kehidupan masyarakat praaksara sudah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Dengan memiliki kebudayaan dan nilai-nilai tersebut, masyarakat praaksara di Indonesia mampu mengadakan hubungan dan menerima pengaruh kebudayaan baru yang datang dari luar tanpa mengorbankan kebudayaan sendiri.

Silahkan Isi Absensi 


70 comments:

  1. Nama: Sonya Kristina Silitonga
    Kelas: x IPA 2
    Hadir pak

    ReplyDelete
  2. Daniel syah hendrawan siregar
    X IPA 2
    Hadir pak

    ReplyDelete
  3. Nama:Elsaday Simanjuntak
    Kelas:X IPA 6
    Ket:Hadir

    ReplyDelete
  4. Nama:Elsaday Simanjuntak
    Kelas:X IPA 6
    Ket:Hadir

    ReplyDelete
  5. Endang Trisnawati Br Nainggolan
    X IPA 2
    Hadir pak

    ReplyDelete
  6. GILBERT BASA RIO SAMOSIR
    KELAS:XIPA6
    HADIR PAK

    ReplyDelete
  7. Nama: Junaedy Amry
    Kelas: X IPA 5
    KET: hadir pak

    ReplyDelete
  8. Nama:Rentina Hutauruk
    Kelas:X IPA 6
    Ket:Hadir

    ReplyDelete
  9. GILBERT BASA RIO SAMOSIR
    KELAS:XIPA6
    HADIR PAK

    ReplyDelete
  10. Nama : Dessri Murgiantari
    Kelas : Ipa 4
    Ket : Hadir

    ReplyDelete
  11. NAMA:DOMARIA FEBRIANA PANDIANGAN
    KELAS: X IPA 6
    KET : HADIR

    ReplyDelete
  12. Nama: Nurul Hafiza
    Kelas: X IPA 5
    Ket: Hadir pak

    ReplyDelete
  13. Nama Elisabeth Hutabarat
    Kelas X IPA 4
    Hadir pak

    ReplyDelete
  14. Andarista Putrie Alicia
    KELAS:X IPA 5
    HADIR PAK

    ReplyDelete
  15. intan novi setya rahmadan
    X IPA 6
    hadir

    ReplyDelete
  16. Alfa rida corin manullang
    X ipa 3
    Hadir pak

    ReplyDelete
  17. Mutia Hadiyanti
    Kelas:x IPA 4
    Ket: hadir pak

    ReplyDelete
  18. AYUNING RIZKI SISWANTO
    X IPA 6
    hadirr paak

    ReplyDelete
  19. Nama : NURUL FALAH
    Kelas : X IPA 2
    Ket : HADIR

    ReplyDelete
  20. Jonathan Opel Nainggolan
    X IPA 6
    Hadir Pak

    ReplyDelete
  21. nadine teresion
    x ipa 4
    hadir pak

    ReplyDelete
  22. Aminah ramizah
    X ipa 4
    Hadir pak

    ReplyDelete
  23. Nadya putriana sihombing
    X IPA 4
    Hadir pak

    ReplyDelete
  24. Nama: Chykita Haro Aritonang
    Kelas:X IPA 6
    Hadir pak

    ReplyDelete
  25. Aulia syamsa purba
    X ipa 3
    Hadir

    ReplyDelete
  26. Nama : Laila nur lutfiah
    Kelas. : X IPA 5
    Ket. : hadir

    ReplyDelete
  27. Nama :Eva Juniarta Siregar
    Kelas: X IPA 4
    Hadir pak

    ReplyDelete
  28. Nama: ONLY MAYORI PAULINA SIANTURI
    KELAS : X IPA 5
    KET HADIR

    ReplyDelete
  29. Nama: ONLY MAYORI PAULINA SIANTURI
    KELAS : X IPA 5
    KET HADIR

    ReplyDelete
  30. Nama : Glory Yossy Aharon S. Pane
    Kelas: X IPA 3
    Ket : Hadir Pak

    ReplyDelete
  31. Nama: Giska Maulidina Resky Ersaputri
    Kelas: X IPA 5
    Ket: Hadir

    ReplyDelete
  32. Nama : Anastasya Putri Amanda
    Kelas : X IPA 4
    Ket : Hadir Pak

    ReplyDelete
  33. Nama : Rahmi safitri
    Kelas: X IPA 3
    KET. : HADIR PAK

    ReplyDelete
  34. Sovy Fitria Nuraini
    X IPA 4
    Hadir

    ReplyDelete
  35. Irdina Lyra Mahfuzah
    X IPA 2
    Hadir

    ReplyDelete
  36. Nama: Irene Elisa Sefiola Aruan
    Kelas: X IPA 4
    KET : HADIR PAK

    ReplyDelete
  37. Nama: yolivia Pratiwi
    Kelas: X IPA 5
    Ket:hadir

    ReplyDelete
  38. Rifkyy Gading Tarigan
    Klas x ipa2
    Hadir pak

    ReplyDelete
  39. Yesi tri yana Effendi
    X ipa 1
    Hadir

    ReplyDelete
  40. VIESCHA LEONYSA.S
    X IPA 5
    HADIR

    ReplyDelete
  41. Nama: Syarifah Manzavira Elsa Putri
    Kelas: X IPA 6
    Hadir Pak

    ReplyDelete
  42. Dzubyan athasyah Muhammad
    X IPA 3
    Hadir

    ReplyDelete
  43. Muhammad Farid Al Faruq
    X IPA 4
    Hadir Pak

    ReplyDelete
  44. Nama :Darweni Harefa
    Kelas:X IPA 5
    Hadir Pak

    ReplyDelete
  45. Nama:Fahmi Harkat
    Kelas :Xipa4
    Ket:Hadirr pak

    ReplyDelete
  46. Nama: Katheren roosel
    Kelas:X IPA 3
    Ket: Hadir

    ReplyDelete
  47. Nama: Bunga Putri Situmeang
    Kelas: X IPA 6
    Hadir pak

    ReplyDelete
  48. Daniel Ignatius Aritonang
    Kelas: X IPA 3
    Hadir Pak

    ReplyDelete
  49. Nama : Della Tri Pratiwi
    Kelas : X IPA 5
    Hadir pak

    ReplyDelete
  50. Risma Khairani HRP
    XIPA3
    Hadir pak

    ReplyDelete
  51. Nama : Reza Fernanda P
    Kelas : X IPA 6
    Ket : Hadir

    ReplyDelete
  52. Muhammad Bayu Syaifullah
    X IPA 2
    Hadir pak

    ReplyDelete
  53. Abel Morales Simamora
    X IPA 6
    HADIR pak

    ReplyDelete

KONSEP DASAR SEJARAH

Asal Kata dan Arti Kata serta Istilah Sejarah Dari manakah asal kata sejarah itu? Perkataan sejarah mula-mula berasal dari bahasa Arab “syaj...

Postingan Populer