Salah satu bagian penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia adalah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Peristiwa itu menjadi tonggak penting bangsa Indonesia, karena dengan proklamasi tersebut bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan dirinya sehingga sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia (Rinardi Haryono, 2017:143). Sehingga peristiwa yang terjadi pada 17 Agustus 1945 itu bukan berdiri sendiri atau tunggal melainkan puncak atau hasil dari usaha yang dilakukan dalam menjalani peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia dalam melawan para penjajah yang datang.
Proklamasi merupakan
serangkaian yang dianggap penting dalam perjuangan panjang yang dilakukan oleh
rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya. Puncaknya perjuangan menuju
proklamasi kemerdekaan Indonesia nampak digiatkan oleh semua golongan baik dari
golongan tua maupun golongan muda, semangat yang diberikan para golongan
tersebut sangat luar biasa untuk segera memerdekakan negara Indonesia. Akan
tetapi cara yang dilakukan dari kedua golongan ini berbeda-beda, golongan tua
melakukan kemerdekaan harus sesuai dengan perhitungan politiknya sedangkan
golongan muda harus sesegera mungkin untuk merdeka karena situasi yang terjadi
merupakan celah yang strategis untuk segera merdeka.
Dengan
diumumkannya pembentukan PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945, maka pada saat yang
sama Dokuritsu Jumbi Cosakai dibubarkan. Untuk melaksanakannya telah dibentuk
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan
segera setelah persiapannya selesai. Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh
bekas wilayah Hindia Belanda. Mungkin pelaksanaannya tidak dapat sekaligus
untuk seluruh Indonesia, melainkan demi bagian sesuai kondisi setempat.
Begitu
soekarno dan Hatta pulang dari Dalat pada 14 Agustus 1945, Sjahrir memberitahu
mereka bahwa Jepang sudah meminta gencatan senjata. Sekali lagi ia mendesak
mereka untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Jepang saat itu menghadapi
pemboman AS atas Hirosima dan Nagasaki, sedangkan Uni Soviyet menyatakan perang
terhadap Jepang dengan cara melakukan penyerbuannya ke Mancuria (Setiani Pebri Puspita,
2017:26). Dengan kekalahan Jepang ini, kemerdekaan Indonesia dapat segera
diproklamasikan, namun adanya perbedaan pendapat dari golongan tua dan golongan
muda menjadi suatu permasalahan. Ir. Soekarno dan Moh. Hatta berpendapat bahwa
kemerdekaan Indonesia itu tidak berasal dari kekalahan Jepang tetapi kita juga
perlu suatu revolusi yang terorganisir atau bisa dikatakan perlunya hitungan
politik, sedangkan golongan muda berpendapat bahwa kejadian itu menjadi suatu
keuntungan untuk segera memproklamasikan negara Indonesia.
Situasi
yang berkembang di Indonesia, khususnya di Jakarta saat itu menegangkan.
Kelompok pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
yang terlepas dari pengaruh Jepang, sedangkan tokoh-tokoh tua dalam BPUPKI-PPKI
dengan motor Soekarno dan Hatta menginginkan proklamasi dapat dilakukan sesuai
dengan hasil keputusan rapat sidang PPKI tanggal 16 Agustus 1945 (Yuniarti,
2003: 37). Apalagi saat itu anggota PPKI sudah mulai berdatangan ke Jakarta.
Mereka takut terjadi pertumpahan darah. Sebaliknya, kelompok pemuda berpendapat
bahwa pertumpahan darah adalah risiko yang tidak bisa dihindari. Kemungkinan
pertumpahan darah dapat terjadi sebab Jepang diminta menjaga status quo di
wilayah yang diduduki, sehingga proklamasi bisa dianggap sebagai suatu
pelanggaran (Sagimun MD, 1989: 277).
Soekarno
dan Hatta dengan tegas menolak permintaan itu, walaupun hal itu sempat
menimbulkan ketegangan ketika Wikana (wakil kelompok pemuda yang bertugas
menyampaikan hasil rapat kepada Soekarno) menyatakan akan terjadi pertumpahan
darah jika keinginan mereka tidak dilaksanakan (Poesponegoro & Notosusanto,
1992:80). Mendengar ancaman itu Soekarno bukannya takut justru balik menggertak
dengan mempersilahkan para pemuda untuk membunuhnya saat itu juga. Soekarno
juga mengatakan bahwa dia tidak mau memproklamasikan kemerdekaan pada saat itu
karena masih terikat dengan kedudukannya sebagai Ketua PPKI, dan kemerdekaan
perlu adanya pertimbangan dari hitungan politiknya serta tidak bisa langsung di
proklamasikan. Gagalnya permintaan kelompok pemuda agar Soekarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan yang terlepas dari Jepang, segera mendorong mereka
untuk mengadakan rapat lagi. Dalam rapat itu diputuskan bahwa Soekarno dan
Hatta harus disingkirkan ke luar kota dengan tujuan menjauhkan mereka dari
segala pengaruh Jepang (Rihardi Haryono, 2017:146).
Rengasdengklok
dipilih untuk mengamankan Sukarno-Hatta karena perhitungan militer. Antara
anggota Peta Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak
mereka melakukan latihan bersama-sama. Selain itu Rengasdengklok letaknya
terpencil yakni 15 Km ke dalam dari Kedung-gede, Karawang pada Jalan raya
Jakarta-Cirebon (Setiani Pebri Puspita, 2017:27).
Pada
tanggal 16 Agustus 1945 pagi hari Soekarno dan Hatta sudah tidak ditemui di
Jakarta, dan kemudian pada malam harinya ternyata mereka sudah dibawa ke
garnisun Peta di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak ke utara dari
jalan raya Cirebon, dengan dalih untuk melindungi mereka dari meletusnya suatu
pemberontakan Peta dan Heiho (Ricklefs M.C, 1991:315).
Perjalanan ke Rengasdengklok
Perjalanan
dari Jakarta ke Rengasdengklok sekitar 1,5 jam, jalanan yang dilewati sepi dan
gelap, beberapa kali rombongan dicegat oleh pejuang lainnya tetapi karena
pengemudi menggunakan seragam PETA mereka bisa melanjutkannya kembali tanpa ada
kegaduhan. Iding yang membawa Fatmawati dan Guntur menatap kasian karena mereka
berdua selalu terguncang karena jalanan yang berlubang, dan Soekarno selalu
menanyakan tempat yang dituju. Pada jam 05.00 pagi rombongan berhenti untuk
mencuci muka, dan Fatmawati menyusukan Guntur, Fatmawati tersadar bahwa susu
bubuk Guntur masih berada di Jakarta salah satu mobil tersebut kembali ke
Jakarta untuk mengambil susu Guntur. Rombongan berapa di depan jembatan Sungai
Citarum, jembatan yang menghubungkan Bekasi dan Karawang, dan pemeriksaan
terakhir oleh anggota PETA, pemeriksaan ketat di pos penjagaan.
Sesampainya
di Rengasdengklok rombongan yang membawa Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta
langsung menuju ke markas kompi Cudanco Subeno. Disana berlangsung pembicaraan
antara Ir. Sukarno, Sukarni dan Singgih, sementara Drs. Moh. Hatta sedang ke
luar ruangan. Sukarni atas nama golongan pemuda mendesak kembali agar Ir.
Sukarno bersedia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Pembicaraan diantara
mereka tidak membawa hasil. Tetapi dalam pembicaraannya dengan Singgih,
akhirnya Ir. Sukarno bersedia untuk menyetujui desakan golongan pemuda yang
diwakili oleh Singgih, supaya proklamasi kemerdekaan diucapkan tanpa campur
tangan pemerintah Jepang. Sementara itu antara Mr. Ahmad Subardjo dengan Wikana
terdapat sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan harus dilakukan di Jakarta, di
mana Laksamana Maeda bersedia akan menjamin keselamatan selama mereka berada di
rumahnya. Di Rengasdengklok antara golongan tua dan golongan muda tidak terjadi
perundingan, hanya telah diberi jaminan oleh Ahmad Subardjo dengan taruhan
nyawa bahwa proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 agustus 1945.
Sehari
penuh Sukarno dan Hatta berada di Rengasdengklok. Maksud para pemuda untuk
menekan mereka berdua supaya segera melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan
terlepas dari setiap kaitan dengan Jepang, rupa-rupanya tidak terlaksana. Namun
dalam suatu pembicaraan berdua dengan Sukarno, Shodanco Singgih menganggap
Sukarno menyatakan kesediaannya untuk mengadakan proklamasi itu segera sesudah
kembali ke Jakarta. Berdasarkan anggapan itu Singgih pada tengah hari itu
kembali ke Jakarta untuk menyampaikan rencana Proklamasi itu kepada
kawan-kawanya pemimpin pemuda. Begitu kembali ke Jakarta pada 16 Agustus 1945
tengah malam, Hatta segera menghubungi tangan kanannya panglima Angkatan perang
Jepang dii Jawa. Menjadi jelaslah bagi Hatta dan Sukarno bahwa revolusi damai
mustahil terjadi dan bahwa caracara proklamasi kemerdekaan yang disarankan oleh
Sjahrir, Sukarni, Wikana, maupun pemimpin gerakan bawah tanah lainnya merupakan
satu-satunya cara untuk mencapai kemerdekaan. Sesampainya di Jakarta pada jam
23.00 WIB rombongan menuju rumah Laksamana Maeda di JL. Imam Bonjol No.1
(sekarang tempat kediaman resmi Duta Besar Inggris) setelah Sukarno dan Hatta
singgah di rumah masing-masing terlebih dulu. Dan ditempat inilah naskah
proklamasi kemerdekaan Indonesia disusun (Setiani Pebri Puspita, 2017:33).
Pembuatan dan Pembacaan Teks Proklamasi
dan Setelahnya
Pada
hari Kamis, 16 Agustus 1945 pada jam 21.00 malam rombongan berangkat dengan 3
mobil menuju ke Jakarta, jalan yang gelap dan berlubang membuat mobil
merendahkan kecepatannya, dengan begitu benturan tidak terlalu sakit. Pukul
22.00 rombongan tiba di kediaman Soekarno yang berada di Jalan Pegangsaan
Timurno.56, Jakarta. Fatmawati dan Guntur tinggal di rumah sementara Soekarno
pergi untuk merumuskan teks proklamasi. Pada pukul 24.00 semua anggota PPKI
dipanggil untuk mengadak rapat di rumah Laksamana Maeda yang terletak di
Maykodori No.1, disana mereka memiliki keamanan dan resiko rendah terhadap
gangguan Jepang untuk menggagalkan rapat kemerdekaan proklamasi Indonesia. Pada
pukul 23.30 Soekarni keliling ke pos pemuda untuk mencegah aksi pemberontakan,
dan memberitahukan bahwa proklamasi diadakan ke esokan harinya.
Dalam
konsep naskah proklamasi kemerdekaan Soekarno menulis dengan seadanya, beberapa
tokoh nasionalis seperti Hatta dan Subardjo menyumbangkan ide – ide secara
lisan.
§ “Kami
bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” Kalimat itu
berasal dari ide Ahmad Subardjo
§ “Pemindahan
kekuasaan” Kalimat tersebut berasal dari Mohammad Hatta
Di
ruangan 1x4 meter dengan 11 buah kursi tamu tersebut tidak hanya Moh Hatta,
Ahmad Subardjo, dan Soekarno, ada beberapa orang lagi yang berada di samping
yang sedang melihat kearah tiga tokoh nasionalis yang sedang merumuskan teks
proklamasi kemerdekaan yaitu Soekarni dan Sayuti Melik. Dua orang tersebut
melihat dan mengangguk dengan pembicaraan tiga tokoh nasionalis, pembicaraan
perumusan didominasi oleh Soekarno lalu Mohammad Hatta dan Ahmad Soebardjo.
Setelah
selesai Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik konsep tersebut, coretan
sana – sini di selembar kertas dikoreksi oleh Soekarno agar maknanya tidak
kabur, pengetikan oleh Sayuti Melik membuat tulisan lebih tegas.
Menurut
Arifin Suryo Nugroho & Ipong Jazimah, (2011) B.M. Diah yang berada
dibelakang Sayuti Melik membuat perubahaan yaitu kata “tempoh” menjadi “tempo”,
kalimat “wakil-wakil bangsa Indonesia” menjadi “atas nama bangsa Indonesia”,
yang terakhir “Djakarta, 17-8-05” menjadi “Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen’05”
(h.110)
Naskah
yang telah disusun kemudian diperlihatkan ke para tokoh nasionalisme yang
berada di ruangan itu, Soekarno dan Hatta mengusulkan bahwa teks proklamasi
ditanda tangani oleh pihak yang berada di ruangan tersebut, ditolak oleh
beberapa tokoh disana. Soekarni memberikan ide bahwa hanya ada dua nama saja,
Soekarno dan Hatta.
Dalam
koran Kompas edisi 20 Mei 1992 (seperti dikutip dari Arifin Suryo Nugroho &
Ipong Jazimah, 2011, h.111) Teks proklamasi tersebut dicetak oleh B.M. Diah dan
para pemuda di percetakan Siliwangi. Salinan teks juga sudah diberikan sejauh
mungkin, juga diberikan ke kantor berita Antara dan Radio Domei. Detik – detik
proklamasi yang berdebar dan dihadiri oleh rakyat Indonesia, pembacaan teks
proklamasi dibacakan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Pada tanggal 17 Agustus
1945 jam 10.00 pagi.
Berbagai
rumor telah disebarluaskan bahwa akan ada pembacaan teks proklamasi yang akan
diselenggarakan di rumah laksamana Maeda, semua telah disiapkan seperti tempat,
mikrofon dan peralatan pengeras suara yang lainnya. Dengan keadaan yang lelah
dan sakit, Soekarno masih tetap melanjutkan pembacaan teks proklamasi, Soekarno
menggenggam pecinya dan keluar dari kamar bersama dengan Hatta.
Dimulai dari pidato Soekarno yang berapi – api, membuat semua yang
mendengarkan terkesan dan membara, mengibarkan sang saka merah putih yang
dipimpin oleh Latief Hendraningrat dengan diiringi lagu Indonesia Raya tanpa
alunan musik, semua tertib dan khusu. Lalu pembacaan Proklamasi dilakukan
setelah pengibaran bendera Merah Putih, Soekarno menyatakan bahwa kemerdekaan
dan mulai untuk menyusun negara.
Setelah
pembacaan Proklamasi oleh Soekarno, semua bergegas untuk menyebar luaskan. Foto
juga berperan besar yang telah membuat dokumentasi pada saat itu masih ada
sampai sekarang. Fotografer yang ada disana yaitu Alex dan Frans Mendur, Alex
yang bekerja di kantor berita Domei dan Frans Mendur yaitu saudara kandung Alex
bekerja di Asia Raya. Keduanya adalah fotografer yang hanya hadir pada saat
itu. Setelah proklamasi, hasil plat negatif Alex dihancurkan oleh Jepang.
Berbeda dengan saudara kandungnya, Frans mengubur plat negative di dekat kantor
halaman Asia Raya dan saat ditanyai plat tersebut Frans hanya bilang bahwa plat
nya telah diambil oleh pendukung Soekarno.
Frans
yang memiliki hasil plat negative tersebut mencetak foto – foto tersebut dengan
keadaan sembunyi bahwa, hasil foto tersebut dia berikan ke pilot Filipina lalu
dimuat diberbagai media di Asia Tenggara.
Menurut
Ibid (seperti dikutip dari Nugroho, Arifin Suryo & Jazimah, Ipong. 2011, h.
137) pada hari yang sama saat pembacaan proklamasi kemerdekaan Adam Malik
datang ke kantor Domei dan mengatakan ke Sugiarin Hadiprojo bahwa akan ada
berita penting dan berita tersebut harus disebarluaskan ke seluruh dunia, salah
satu caranya dengan pemancar di kantor Domei. Setelah selesai proklamasi Adam
Malik datang kembali ke kantor Domei dengan membawa berita penting disakunya,
sebelum memberikan berita tersebut, Adam Malik mennyakan ke Sugiarin Hadiprojo
bahwa dia siap dengan konsekuensi yang akan ditanggunnya dengan menyiarkan
berita penting tersebut, Sugiarin Hadiprojo menjawab dengan lantang bahwa dia
berani. Pada saat itu berita proklamasi kemerdekaan Indonesia disiarkan
keseluruh pelosok dunia, konsekuensi Sugiarin Hadiprojo yaitu membuat
pemerintahan Jepang marah dan membuatnya ditangkap dan dibawa ke Markas
Kempetai, tetapi dibebaskan lagi.
Nama:Fahmi Harkat
ReplyDeleteKelas:XI IPA 4
Harir pak
Nama : Amanda Mustika
ReplyDeleteKelas: XI IPA 4
Ket. : Hadir, Pak
DESSRI MURGIANTARI
ReplyDeleteXI IPA 4
KET : HADIR
Nama : Muhammad Farid Al Faruq
ReplyDeleteKelas : XI IPA 4
Hadir Pak
Nama: Jihan Nur Annisa
ReplyDeleteKelas: XI IPA 4
Hadir Pak
Shella avrilsya
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir pak
Nama: Aminah Ramizah
ReplyDeleteKelas: XI Ipa 4
Hadir Pak
Samuel Rivaldo Simanjuntak
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir Pak
Anastasya Bintang lestary
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir
Sovy Fitria Nuraini
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir Pak
Selimarsk Vioni
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir Pak
Choirul Arifin Nasir
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir
Hesti Wulandari
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir pk
Nabila Putri K.
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir Pak
Elisabeth Hutabarat
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir pak
Muhammad Harits Naufal Kurniawan
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir pak
Sarina
ReplyDeleteXi ipa 4
Hadir pak
RADITYA PANDHITO WICAKSONO
ReplyDeleteXIIPA 4
Hadir
Putri Suci Aria
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir pak
NASJWA RULLY A.
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir Pak
Epi Phania
ReplyDeleteXI Ipa 4
Hadir Pak
Annisa Urania
ReplyDeleteXI Ipa 4
Hadir Pak
Queency Dhealya Siburian
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir Pak
Eva Juni Arta Siregar
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir pak
nadine teresion
ReplyDeletexi ipa 4
hadir
Elvan Yohanes Gultom
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir pak
Anastasya Putri Amanda
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir pak
CHINTYA WINDA VIVIANA PURBA
ReplyDeleteXI IPA 4
HADIR PAK
Evalina Vanesia Simanjuntak
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir pak
Nadya Putriana S
ReplyDeleteXI IPA 4
Hadir pak
Mira Tara Dwipa Sihombing
ReplyDeleteXI IPA 6
Hadir Pak
Fadhilah Apriany Ibrahim
ReplyDeleteXI IPA 5
Hadir pak
Giska Maulidina Resky Ersaputri
ReplyDeleteXI IPA 5
Hadir
ALYA SABRINA PUTRI ASTIKA
ReplyDeleteXI IPA 1
Hadir Pak 🙏
Aura Meiswa Maulita
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir Pak
Nita Angelina Vesa Purba
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir pak🙏
Rahmi safitri
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir pak
Jhelvanest Butar Butar
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir
Yona Elvina Rinanda
DeleteXI IPS 4
Hadir pak
YONA ELVINA RINANDA
ReplyDeleteXI IPS 4
HADIR
Danella Dwi Pratiwi
ReplyDeleteXI IPA 1
Hadir!
Raudhiatin Tabitha
ReplyDeleteXI IPA 1
Hadir pak
KASIH JEMIMA
ReplyDeleteXI IPA 3
HADIR PAK
Annisa Laga
ReplyDeleteXIP IPA 3
Hadir pak
M. Al Adiyat
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir pak
Dzubyan athasyah Muhammad
ReplyDeleteXI IPA 3
Rahma Dana Agustini
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir pak
Risma Khairani
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir pak
Jeremy Cornelius Manullang
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir pak
Istikoma Sukainah
ReplyDeleteXi ips 4
Hadir pal
Rouli maida
ReplyDeleteXI IPA 3
HADIR PAK
Vista Afriani Putri
ReplyDeleteXI IPA 1
Hadir
Suci Cahyati
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir pak...
Sheela Juli Kurniastuti
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir pak
Shelly avriltya
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir pak
Mawar Cristin
ReplyDeleteXI IPA 1
Hadir
Alfa Rida Corin
ReplyDeleteXi IPA 3
Hadir pak
Winny Efrilia
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir pak
GRACYA ANATASYA SIHOMBING
ReplyDeleteXI IPS 4
HADIR pak
HELEN OSALINA
ReplyDeleteXI IPA 1
Hadir Pak
Zhafira Dwi Cahya
ReplyDeleteXI IPS 4
Hadir pak
Iffando Darmansyah
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir pak.
faridah rahmah fadhilah
ReplyDeleteXI IPA 1
hadir
Eirene Kristine
ReplyDeleteXI IPA 3
hadir pak
Salsa Kinasih
ReplyDeleteXI IPA 1
Hadir
Yessi Renata
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir pak...
Suci Adinda
ReplyDeleteXI ipa 1
Hadir
LOLA ELYA JULYANTY
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir
MEILANI PUTRIDAMAYANTI
ReplyDeleteXI IPA 1
HADIR
Widi prasetiwi
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir
Gracia Hutagalung
ReplyDeleteXI IPS 4
Hadir pak
Fadli Aditya Suhairi
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir
Joel Ivan Fredric Warouw
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir
Muhammad Agung Syaputera
ReplyDeleteXI IPA 1
Hadir
Nurul Falah
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir
Amalia Cahayantari Gumay
ReplyDeleteXI IPA 1
Hadir
Muhammad Bayu Syaifullah
ReplyDeleteXI IPA 2
HADIR
Daniel Priyatna
ReplyDeleteXi ipa 2
Hadir Pak
Daniel syah hendrawan siregar
ReplyDeleteXI IPA 2
HADIR PAK
Stefy Aprilian
ReplyDeleteXI IPA 1
Hadir pak
Isnaini
ReplyDeleteXI IPS 4
HADIR PAK
Muhammad Faiq Fadli
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir pak
Dareene Yasmine Hafizhah
ReplyDeleteXI IPA 2
HADIR
Rania Zefanya Sirait
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir
Nuryanti Ruth Grace
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir
Fatikha Nurul Zalianty
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir
Zarkasya Rizki Sabila
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir pak
ANISA PUTRI DEWIYANTI
ReplyDeleteXI IPA 2
hadir pak
Aludra Nadia Armadyaputri
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir
Jingga syahhana
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir pakk
Abrar Tegar
ReplyDeleteXI IPA 3
Hadir pak
Agnes Monica Hutagalung XI IPA 3 hadir pak
ReplyDeleteHatsion Nurpianto
ReplyDeleteXI IPA 1
Hadir pak
Hizkia Poligia S
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir pak
Fatimah az zahra
ReplyDeleteXi ips 4
Hadir pak
Yesi tri Yana Effendi
ReplyDeleteXi IPA 1
Hadir pak
Endang Trisnawati Br Nainggolan
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir pak
Salwa Tahnia
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir
Fitria Halimatus Sa'diyah
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir pak
Ferdi Daniel Fajar Butar Butar
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir Pak
Sonya Kristina Silitonga XI IPA 2 hadir pak
ReplyDeleteDyra Izzah Faiqah
ReplyDeleteXI IPA 1
Hadir pak
Anisa Sa'diyyah
ReplyDeleteXI IPA 2
hadir pak
Wina Adelia Azahra
ReplyDeleteXI IPA 2
Hadir pak
Jhony Adrian
ReplyDeleteXI IPA 5
hadir pak
Angelica Octarin Hutasoit
ReplyDeleteXl IPS 4
Hadir pak