Monday, 2 November 2020

PROSES KEDATANGAN BANGSA PROTO MELAYU & DEUTRO MELAYU

 

Sumber: You Tube Yuliasman Official 


Proses Masuk dan berkembangnya Proto-Melayu di Indonesia


Di wilayah Indonesia sendiri sebelum kedatangan rumpun Austronesia yang termasuk di dalamnya Proto-Melayu dan Deutero-Melayu, sudah ada yang menempati wilayah Indonesia, mereka adalah ras Negrito yang termasuk ras Vedda yang tinggal di dalam goa-goa untuk berlindung dari bahaya alam maupun dari serangan hewan buas dan mereka hidup secara berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya. Mereka ini dipercaya sebagai ras pertama yang mendiami wilayah Indonesia saat itu dan mulailah rumpun baru imigran yang datang ke wilayah Indonesia yaitu rumpun Austronesia.

Rumpun Austronesia datang ke wilayah Indonesia disebabkan karena adanya tekanan demografis yang terjadi di sana berupa kepadatan atau terjadinya kelahiran maupun kematian penduduk bahkan migrasi dan penyelerasan sosio-kultural. Alasanalasan bagi ekspansi kelompok Austronesia karena perpaduan tekanan demografis dan penyelarasan sosio-kultural (Michel, Paul Munoz. 2009: 28). Proto-Melayu adalah bagian dari rumpun Austronesia yang menyebar ke wilayah Indonesia. Rumpun Austronesia awalnya berasal dari Cina lalu bermigrasi melalui jalur darat ke Indo-Cina bahkan kemudian ke Semenanjung Malaya. Dari Semenanjung Malaya, para penutur Austronesia lalu menyebar lewat jalur laut ke kepulauan Indonesia dan selanjutnya ke timur menuju Melanesia dan Polinesia (Daud Aris Tanudirjo, 2011: 253).

Mereka yang bermukim di kepulauan Indonesia dan Pasifik juga dikenal sebagai Malayu-Polinesia (Michel Paul Munoz. 2009: 28). Sehingga menurut Michael dalam Proses Masuk ..... Johan Setiawan, Wahyu Ida Permatasari 15 bukunya menegaskan bahwa wilayah pasifik termasuk rumpun Melayu-Polinesia. Rumpun Austronesia yang diyakini sebagai induk dari rumpun Proto-Melayu dan Deutero-Melayu ini kemudian menyebar ke wilayah Indonesia dengan beberapa gelombang kedatangannya. Diawali dengan kedatangan Proto-Melayu dan selanjutnya dalam gelombang kedua Deutero-Melayu datang ke wilayah Indonesia dengan mendesak Proto-Melayu untuk tinggal di pedalaman dan membawa mereka ke wilayah timur Indonesia. Tidak heran bahwa Proto-Melayu ini terdesak oleh Deutero-Melayu ke pedalaman Indonesia karena kedatangan Deutero-Melayu termasuk sebuah gelombang kedatanganya yang begitu besar.

Proto-Melayu diyakini adalah nenek moyang mungkin dari semua orang yang kini dianggap masuk kelompok Melayu Polinesia yang tersebar mulai dari negara Madagaskar sampai pulau-pulau paling timur di Pasifik, mereka diperkirakan berimigrasi ke Kepulauan Indonesia dari Cina bagian selatan. Di Cina tempat tinggal asli mereka diperkirakan berada di wilayah yang secara kasar termasuk dalam provinsi Yunan sekarang. Dari situ mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam lalu kemudian ke kepulauan Indonesia. Kedatangan mereka tampaknya bersamaan dengan munculnya perkakas neolitik pertama di Indonesia dan dengan demikian dapat ditentukan pada sekitar 3.000 SM (Bernard Vlekke H.M. 2010: 10).

Bangsa Melayu Tua (Proto-Melayu) berhasil berlayar dan menetap di Indonesia melalui dua jalur yaitu: Jalan barat dari daerah Yunan (Cina Selatan) berpindah melalui Selat Malaka (Malaysia) kemudian masuk ke Pulau Sumatra dan masuk ke Pulau Jawa. Sedangkan Jalan utara (timur) yaitu dari Yunan (Cina Selatan) berpindah melalui Formosa (Taiwan) kemudian masuk ke Filipina dilanjutkan penyeberang ke Pulau Sulawesi dan masuk ke Pulau Papua. Ini dibuktikan dengan penemuan bukti kebudayaan neolitikum telah berlaku dengan hampir semua peralatan mereka terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.

Sumber: https://yuksinau.co.id

Kebudayaan yang dibawa oleh Proto-Melayu ke wilayah Indonesia termasuk tipe neolitik yang dapat dibuktikan dengan pemukiman mereka yang dikenali menyerupai bentuk gerabah yang hampir sama dengan gerabah dari Cina Kuno. Kemungkinan kebudayaan ini dipengaruhi dengan penduduk sebelum kedatangan Proto-Melayu yang saling berinteraksi. Dalam interaksi yang berlangsung diantara mereka, maka akan sering terjadi perkawinan silang diantara keduanya. Yang membuat jumlah rumpun Proto-Melayu dapat berkembang menjadi banyak, salah satunya dengan melakukan kawin silang dengan penduduk lainnya.

 Bangsa Proto Melayu

Sumber: cerdika.com

Bukti-bukti percampuran kedua ras ditemukan pada sisa manusia pada situs protosejarah di Anyer (Jawa Tengah) dan Gilimanuk (Bali). Penemuan peninggalan Neolitik (beliung persegi, tembikar, dan lain-lain) (Gede, I Pitana. 2011: 38). Sampai saat ini, keturunan dari Proto-Melayu dapat kita temukan di wilayah Indonesia yaitu suku batak, maka dapat disimpulkan bahwa suku batak termasuk keturunan ProtoMelayu. Kelompok Proto-Melayu, menghuni pedalaman pulau-pulau besar, lebih baik dapat menyimpan kemurnian rasnya, kendatipun sudah terjadi ikatan perkawinan dengan orang pribumi orang Batak di Sumatra, orang dayak di Borneo, orang Alfur di Sulawesi dan di Maluku (George Coedes, 2010: 38). Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan kehidupan dan kebudayaan dari Proto-Melayu yang berlangsung dalam waktu yang lama, akhirnya keturunan Proto-Melayu terdesak di pedalaman dan menyingkir ke pelosok negeri karena adanya pendatang baru ke wilayah Indonesia yang selanjutnya disebut sebagai Deutero-Melayu. 

Hasil Aset Proto Melayu

  • Kapak persegi
  • kapak lonjong
  • kapak bahu
  • Gerabah
  • Perhiasan( gelang serta manik- manik) Perlengkapan pemukul kayu 

Ciri - Ciri Bangsa Proto Melayu

  • Berasal dari China (Tiongkok) Selatan, tepatnya daerah Yunan.
  • Masuk ke Nusantara (Indonesia) antara tahun 1500 sampai 500 Sebelum Masehi.
  • Ciri fisik : kulit berwarna kuning kecoklatan, rambut lurus dan matanya sipit.
  • Kebudayaan Neolitikum atau batu muda.
  • Singgah di wilayah Indonesia timur : Papua, Nias, Dayak, Mentawai, dan Toraja.

Proses Masuk dan Berkembangnya Deutero-Melayu di Indonesia 

Proses Masuk dan Berkembangnya Deutero-Melayu di Indonesia Proto-Melayu yang telah menyingkir ke daerah pedalaman Indonesia, diakibatkan karena kedatangan Deutero-Melayu. Deutero-Melayu membawa budaya yang lebih maju dibandingkan dengan budaya Proto-Melayu. Kedatangan Deutero Melayu ke wilayah Indonesia tidak lepas dengan mereka mendesak Proto-Melayu yang ada di wilayah Indonesia. Menurut teori Sarasin, keturunan Proto-Melayu pada gilirannya terdesak ke pedalaman oleh datangnya imigrasi baru, Deutero-Melayu yang juga berasal dari daerah Indocina bagian Utara dan wilayah sekitarnya. Deutero-Melayu diidentifikasikan dengan orang yang memperkenalkan perkakas dan senjata besi ke dunia kepulauan Indonesia. Studi mengenai perkembangan peradaban di Indocina tampaknya menunjukkan suatu tanggal bagi peristiwa itu, imigrasi itu terjadi antara 300 dan 200 SM (Bernard Vlekke H.M. 2010: 10). Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang ditemukan, diketahui bahwa Bangsa Deutero-Melayu masuk ke wilayah Indonesia melalui jalur Barat, di mana rute yang mereka tempuh dari Yunan (Teluk Tonkin), Vietnam, Malaysia, hingga akhirnya tiba di Indonesia dan mereka menyebar ke wilayah-wilayah yang ada di Indonesia. Rumpun Deutero-Melayu secara tidak langsung menjalin hubungan dengan Proto-Melayu, walaupun banyak dari Proto-Melayu sudah menyingkir kepedalaman wilayah Indonesia. Mengakibatkan rumpun Deutero-Melayu menguasai wilayah Indonesia dan menyebar secara merata.

Masyarakat Deutero-Melayu membawa kebudayaan perunggu, yang dikenal dengan sebutan Kebudayaan Dong Son. Dong Son adalah tempat asal kebudayaan perunggu di Asia Tenggara, artefak perunggu yang ditemukan di Indonesia serupa dengan artefak perunggu di Dong Son. Deutero-Melayu sudah berhasil membuat barang-barang dari perunggu yang sampai saat ini banyak kita jumpai di beberapa daerah di Indonesia dan masih berbentuk walaupun di beberapa bagian telah mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh alam maupun tindakan dari tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Saat ini untuk membedakan antara Proto-Melayu dan mana yang Deutero Melayu mengalami kesulitan dikarenakan di antara mereka berdua sudah berbaur dengan bebas. Keturunan Deutero-Melayu dapat kita temukan berada di hampir wilayah Indonesia kecuali Gayo dan Alas di Sumatra dan Toraja di Sulawes serta papua yang termasuk Proto-Melayu. Dengan sendirian Proto-Melayu dan Deutero-Melayu berbaur dengan bebas, yang menjelaskan kesulitan membedakan kedua kelompok rasial itu diantara orang Indonesia. Proto-Melayu dianggap mencakup Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara dan Toraja di Sulawesi. Hampir semua orang lain di Indonesia, kecuali orang Papua dan pulau-pulau di sekitarnya, dimasukkan dalam kelas Deutero-Melayu (Bernard Vlekke H.M. 2010: 10). 

Ciri fisik Deutro Melayu :

  • memiliki kulit antara kuning langsat dan coklat hitam, 
  • Bentuk rambut antara lurus dan keriting.

Ciri – Ciri Deutro Melayu

  • Tempat asal meraka dari Indocina Utara dan mulai masuk ke Indonesia diperkirakan sekitar tahun 500 SM.
  • Dan pada Bangsa ini sudah mempunyai keterampilan dalam membuat benda – benda dari bahan dasar logam, misalnya seperti perunggu dan juga besi.
  • Kemudian hasil kebudayaan yang didapat yakni berupa kapak, lalu corong, dan nekara,kemudian bejana perunggu
  • Untuk suku sangat beragam ada yang Suku Melayu, lalu Makassar, dan Jawa, kemudian Sunda,Bugis,Minang, dan merupakan hasil keturunan asli dari bangsa ini.

Persebaran dan peninggalan kebudayaan Proto-Melayu Penutur Austronesia datang ke Nusantara pada zaman Neolithikum yang merupakan zaman dimana terjadi revolusi besar dalam peradaban manusia. Revolusi yang dimaksud adalah perubahan budaya dari hidup food gathering menjadi food producing. (R. Soekmono, 1973: 49). Maka persebaran kebudayaannyapun tidak jauh dari alat dan cara hidup masyarakat di zaman tersebut. Uniknya dizaman ini terjadi percampuran bukan hanya budaya tapi juga percampuran interaksi. Hal ini disebabkan karena arus persebaran masyarakat penutur bahasa Austronesia yang datang ke Nusantara secara otomatis juga berinteraksi dengan masyarakat lokal yakni bangsa Veddoid atau Melanesoid.

Suku Bangsa Deutro Melayu

Kedatangan penutur Austronesia telah menimbulkan interaksi adaptasi dengan populasi lokal (Australomelanesia), bahkan memungkinkan perkawinan campuran. Bukti-bukti percampuran kedua ras ditemukan pada sisa manusia pada situs protosejarah di Anyer (Jawa Barat) dan Gilimanuk (Bali) (I Gde Pitana, 2011: 11). Interaksi sosial yang mereka tunjukkan bukan hanya interaksi damai. Memungkinkan pula interaksi yang tercipta diantara keduanya adalah interaksi konflik. Hal ini dikarenakan jumlah masyarakat penutur bangsa Austronesia yang datang ke Nusantara lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat lokalnya. Penduduk lokal kebanyakan diperbudak, komunitas Austronesia perlahan menduduki lahan-lahan yang terbaik dan terus melakukan pengembangan territorial (Paul Michel Munoz, 2009: 29). Zaman Mesolithikum merupakan zaman dimana masyarakatnya hidup bercirikan food gathering atau mengumpulkan makanan (R. Soekmono, 1974: 38). Zaman Mesolithikum masyarakat lokal Nusantara masih tinggal di gua-gua. Berbeda dengan masa kedatangan bangsa penutur bahasa Austronesia yakni zaman Neolithikum masyarakatnya mulai tinggal di rumah-rumah yang bertiang sederhana berbahan kayu dan atap dari dedaunan (I Gde Pitana, 2011: 12). Terdapat pula perbedaan pada peralatan kehidupan yang dipakai masyarakat di zaman Mesolithikum dan Neolithikum.

Di berbagai literasi buku menyebutkan bahwa pada zaman Mesolithikum peralatannya masih kasar, sedangkan zaman Neolithikum peralatan yang digunakan sudah mulai halus. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi corak zaman Neolithikum adalah kepandaian masyarakatnya dalam mengasahnya (R. Soekmono¸ 1974: 49). Corak alat-alat yang digunakan di zaman Neolithikum dibagi menjadi dua bagian yakni bagian pertama adalah kapak persegi dan bagian kedua adalah kapak lonjong. Maka Zaman Neolitikum ini sering dinamakan Proto-Melayu (Abdullah Idi, 2011), pendukung kebudayaan kapak persegi adalah masyarakat yang berbahasa Austronesia yaitu rumpun Proto-Melayu. Persebaran kapak ini terdapat di wilayah Nusantara bagian barat, sedangkan pendukung kebudayaan kapak lonjong adalah bangsa Papua-Melanesoide dan persebarannya pun terdapat di wilayah Nusantara bagian Timur (R. Soekmono, 1974: 79).

Kebudayaan lain yang menjadi dasar kebudayaan Nusantara saat ini, yang ditanamkan oleh bangsa penutur bahasa Austronesia selain bertempat tinggal menetap adalah bersawah atau cara mengolah dan menanam padi, berternak, bermasyarakat, berperahu cadik dan masih banyak lagi. Menurut Heine-Gelden, ciri-ciri budaya penutur bahasa Austronesia meliputi, kegiatan cocok tanam padi, berternak babi-sapi-kerbau untuk upacara, membuat barang tembikar atau gerabah, membuat kain dari kulit kayu dan menggembangkan gaya seni tertentu. (Daud Aris Tanudirjo, 2012: 258-260). Selain itu, benda-benda lain yang digunakan pada zaman Neolithikum seperti perhiasan, pakaian dan tembikar. Kebudayaan tersebut merupakan warisan kebudayaan dari zaman Neolithikum, yang sampai saat ini kita pelajari dalam buku-buku sejarah di Indonesia. Kebudayaan rumpun bangsa Deutero-Melayu ini sampai dengan Zaman Megalithikum merupakan salah satu zaman pra sejarah yang masyarakatnya sudah hidup mengenal kepercayaan (R. Soekmono, 1975: 72) sehingga dapat dipastikan bahwa mereka juga ahli dan pandai membuat bangunan-bangunan Megalithikum yang tergolong besar tersebut (R. Soekmono, 1974: 7).

Contoh hasil kebudayaan Deutro Melayu

Persebaran dan peninggalan kebudayaan Deutero-Melayu Rumpun kedua yang masuk ke wilayah Nusantara dari bangsa penutur bahasa Austronesia adalah rumpun Deutero-Melayu. Kedatangan rumpun Deutero-Melayu tidak serta merta tanpa membawa perubahan di Nusantara. Kedatangan rumpun Deutero-Melayu membawa persebaran kebudayaan logam atau kebudayaan perunggu merupakan salah satu zaman di masa prasejarah Indonesia. Zaman ini ditandai dengan munculnya berbagai macam alat-alat dari logam (R. Soekmono¸ 1974: 60) atau disebut dengan kebudayaan perunggu dimana alat-alatnya dari perunggu. Deutero-Melayu merupakan penghidupan manusia pada Zaman Logam, H.R. van Heekeren menyebut zaman ini dengan “the Bronze-iron Age” (H.R. van Heekeren, 1958) . Zaman ini disebut dengan perundagian yaitu sekelompok atau golongan masyarakat yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha seperti pembuatan gerabah, perhiasan, atau peralatan batu atau besi. Sesuai dengan namanya, maka penanda zaman ini adalah tinggalan budaya yang terbuat dari gangsa/perunggu dan besi. Selain itu, tinggalan budaya lain dari zaman ini tetap melanjutkan tradisi pada zaman neolitik tetapi dengan bentuk dan teknik yang lebih baik. Benda gerabah pada zaman ini umumnya sudah menggunakan teknik roda putar dan memiliki bentuk dan hiasan atau ukiran yang beraneka ragam. (R. Cecep Eka Permana, 2012: 10-11).

Hasil kebudayaan ini memiliki kemiripan dengan budaya Dongson yang merupakan salah satu wilayah di daerah Indocina Vietnam (Paul Michel Munoz, 2009: 40) yang ada di Nusantara dengan yang ada di wilayah Asia daratan. Masyarakat Deutero-Melayu kemungkinan pernah atau sering berinteraksi dengan masyarakat yang ada di wilayah Asia daratan. Terbukti, adanya interaksi dengan Asia Tenggara Daratan yang membawa teknologi metalurgi khususnya perunggu dari budaya Dongson melalui jalur perdagangan, Barang-barang kerajinan perunggu telah membanjiri pasar Nusantara. Barang-barang itu semua ditukarkan dengan komoditi yang ada di Nusantara. Singkatnya, para bangsa penutur bahasa Austronesia ini telah terlibat interaksi global (I Gde Pitana, 2011: 17). Bukan hal yang mustahil apabila Nusantara telah menjadi pasar perdagangan sejak zaman prasejarah, mengingat letak geografi Nusantara yang sangat strategis dan hasil alamnya yang melimpah. Bukti lain adalah adanya hiasan-hiasan pada nekara menunjukkan bahwa adanya hubungan yang erat antar negeri kita dengan daratan Asia. Nekara atau Moko semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Menurut para ahli nekara ini dibawa ke Nusantara oleh bangsa yang sama dengan pembawa kebudayaan kapak persegi, yaitu bangsa Austronesia (R. Soekmono, 1974: 69). Tidak dapat terbantahkan jika kebudayaan logam yang ada di Nusantara merupakan bagian dari kebudayaan Dongson itu. Ketika alat baru muncul pastilah cara membuat alat baru itu juga muncul atau dipelajari, sama halnya dengan kebudayaan logam ini. Hasil kebudayaan berupa kapak corong, nekara, menhir, dolmen, sarkopagus, kubur batu, dan punden berundak-undak. Bangsa ini telah mampu membuat perkakas, benda-benda berbahan dasar logam, seperti perunggu dan besi. Masyarakat rumpun Deutero-Melayu yang ada di Nusantara juga mempelajari cara membuat peralatan dari logam. Teknik pembuatan benda-benda dari logam dinamakan a cire perdue (R. Soekmono, 1974: 69). Secara otomatis teknik ini membutuhkan seseorang yang ahli dibidangnya. Kemudian menjadikan pula sistem pembagian kerja sesuai dengan keahlian yang masyarakat miliki. Melalui sistem pembagian kerja yang baik ini nantinya akan mengasilkan masyarakat yang tertata secara status sosial dan ekonomi. Selain Nekara, benda-benda kebudayaan lain di zaman ini adalah, kapak perunggu atau kapak corong, yang banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali hingga ke pulau Selayar. Ada juga perhiasan dan manik-manik yang berasal dari logam (Paul Michel Munoz, 2009: 39). Perhiasan dan manik-manik inilah yang nantinya semakin memperjelas status sosial yang berkembang di masyarakat Nusantara.

KESIMPULAN

Proses masuk dan persebaran peninggalan kebudayaan Proto-Deutero Melayu di Indonesia yaitu: (1) Bangsa Proto-Melayu berlayar ke Indonesia melalui dua jalur, jalan barat dimulai dari daerah Yunan (Cina Selatan) berpindah melalui Selat Malaka kemudian masuk ke Pulau Sumatra dan masuk ke Pulau Jawa. Sedangkan jalur utara (timur) dari Yunan (Cina Selatan) berpindah melalui Formosa (Taiwan) kemudian masuk ke Filipina dilanjutkan penyeberang ke Pulau Sulawesi dan masuk ke Pulau Papua. Sedangkan Bangsa Deutero-Melayu melakukan imigrasi ke wilayah Indonesia melalui jalur Barat, di mana rute yang mereka tempuh dari Yunan (Teluk Tonkin), Vietnam, Malaysia, hingga akhirnya tiba di Indonesia dan mereka menyebar ke wilayah-wilayah yang ada di Indonesia. (2) Bangsa Proto-Melayu hidup di zaman Neolithikum dimana peralatan yang digunakan sudah halus, maka peninggalan kebudayaan Bangsa Proto-Melayu yaitu gerabah, beliung persegi, kapak persegi dan tembikar. Sedangkan bangsa rumpun Deutero-Melayu membawa persebaran kebudayaan logam atau kebudayaan perunggu yang dimana merupakan salah satu zaman di masa prasejarah Indonesia. Zaman ini ditandai dengan munculnya berbagai macam alat-alat dari logam atau kebudayaan perunggu.

Link Absensi 👇

ABSENSI 


LATIHAN SOAL

Silahkan kerjakan soal dibawah ini, pilih sesuai kelas anda masing-masing!

Jangan lupa menulis (Nama & Kelas)


SoalKelas X IPA. 1

SoalKelas X IPA. 2

SoalKelas X IPA. 3

SoalKelas X IPA. 4

SoalKelas X IPA. 5

SoalKelas X IPA. 6


 

95 comments:

  1. Nama: Iffando Darmansyah
    Kelas: X IPA 2
    Ket: Hadir

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Nama : Eva Juniarta Siregar
    Kelas : X IPA 4
    Ket:Hadir

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Nama: stephanie margaretha sihombing
    Kelas: X IPA 3
    Ket: hadir

    ReplyDelete
  6. Nama: Nurul Hafiza
    Kelas: X IPA 5
    keterangan: Hadir

    ReplyDelete
  7. Nama : Daniel Priyatna
    Kelas : X IPA 2
    KET : HADIR

    ReplyDelete
  8. Nama : NURUL FALAH
    Kelas: X IPA 2
    Ket : Hadir

    ReplyDelete
  9. AGNES MONICA HUTAGALUNG
    X IPA 3
    KET: HADIR

    ReplyDelete
  10. Nama:Flora Seacylya Azzahra Harahap
    Kelas:X IPA 6
    Ket:Hadir Pak~

    ReplyDelete
  11. INTAN NOVI SETYA RAHMADAN
    X IPA 6
    HADIR

    ReplyDelete
  12. Nama: MUTIA hadiyanti
    Kelas x IPA 4
    Ket: hadir

    ReplyDelete
  13. Nama: Bunga Putri Situmeang
    Kelas: X IPA 6
    Ket: Hadir

    ReplyDelete
  14. ALFA RIDA CORIN
    Kelas X IPA 3
    Hadir pak

    ReplyDelete
  15. Nama: Chykita Haro Aritonang
    Kelas:X IPA 6
    Ket: Hadir

    ReplyDelete
  16. Nama : Adetya Fitra Yani
    Kelas : X IPA 6
    Ket : Hadir

    ReplyDelete
  17. Jhelvanest Butar Butar
    X IPA 3
    Hadir

    ReplyDelete
  18. Nama:Elsaday Yonima Simanjuntak
    Kelas:X IPA 6
    Ket:Hadir

    ReplyDelete
  19. annisaa fatikhah anggraeni
    x ipa 2
    hadir pak

    ReplyDelete
  20. Nama : Reza Fernanda P
    Kelas : X IPA 6
    Ket : Hadir

    ReplyDelete
  21. Nama:tri tasya lianita
    Kelas:x ipa 5
    Ket:hadir

    ReplyDelete
  22. Nama:Nita Angelina Vesa Purba
    Kelas:X IPA 3
    Hadir pak🙏

    ReplyDelete
  23. Only Mayori Paulina sianturi
    X IPA 5
    HADIR PAK

    ReplyDelete
  24. Nama:Domaria Febriana Pandiangan
    Kelas:X IPA 6
    Ket : Hadir

    ReplyDelete
  25. Nama; laila nur lutfiah
    X IPA 5
    Hadir pak

    ReplyDelete
  26. Nama : Daniel syah hendrawan siregar
    Kelas: X IPA 2
    HADIR PAK

    ReplyDelete
  27. Nama:Rentina Hutauruk
    Kelas:X IPA 6
    Ket : Hadir

    ReplyDelete
  28. Nama : krisgiv Abed Samuel sianipar
    Kelas : X IPA 4
    HADIR PAK

    ReplyDelete
  29. Nama : Dessri Murgiantari
    Kelas: X Ipa 4
    Ket. : HADIR

    ReplyDelete
  30. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  31. Nama : Dessri Murgiantari
    Kelas: X Ipa 4
    Ket. : HADIR

    ReplyDelete
  32. Nama: Sonya Kristina Silitonga
    Kelas : X IPA 2
    Hadir pak

    ReplyDelete
  33. Nama:GILBERT BASA RIO SAMOSIR
    kelas:XIPA6
    HADIR PAK

    ReplyDelete
  34. Epi phania monica sitanggang
    Kelas x ipa 4
    Hadir pak

    ReplyDelete
  35. Nama:Fahmi Harkat
    Kelas:X IPA 4
    Ket:Hadir

    ReplyDelete
  36. Epi phania monica sitanggang
    Kelas x ipa 4
    Hadir pak

    ReplyDelete
  37. Nama: Muhammad Bayu Syaifullah
    Kelas: X IPA 2
    Hadir pak

    ReplyDelete
  38. Jingga syahhana
    X IPA 3
    Hadir

    ReplyDelete
  39. Nama: Glory Yossy Aharon S. Pane
    Kelas: X IPA 3
    Hadir Pak

    ReplyDelete
  40. Nama: Irene Elysa Sefiola Aruan
    Kelas: X IPA 4
    Hadir pak

    ReplyDelete
  41. Yudi Ariski
    Kelas X Ipa 1
    hadir

    ReplyDelete
  42. Dzubyan athasyah Muhammad
    X IPA 3
    Hadir

    ReplyDelete
  43. Nama: Katheren roosel
    Kelas: X IPA 3
    Ket : Hadir

    ReplyDelete
  44. Sovy Fitria Nuraini
    X Ipa 4
    Hadir

    ReplyDelete
  45. Nama: JUNAEDY AMRY
    Kelas: X IPA 5

    ReplyDelete
  46. Nama :Darweni Harefa
    Kelas:X IPA 5
    Ket :Hadir

    ReplyDelete
  47. Nama:Jhon Freclin Joy Sinaga
    Kelas: X IPA 4
    Ket:HADIR

    ReplyDelete
  48. Widi Prasetiwi - X IPA 3
    Hadir

    ReplyDelete
  49. Endang Trisnawati Br Nainggolan
    X IPA 2
    Hadir pak

    ReplyDelete
  50. Elisabeth welni fricilia H
    X IPA 3
    Hadir pak

    ReplyDelete
  51. Daniel Ignatius Aritonang
    X IPA 3
    Hadir

    ReplyDelete
  52. Nama : Irdina Lyra Mahfuzah
    Kelas : X IPA 2
    Ket. : Hadir pak

    ReplyDelete
  53. Nadine Teresion Girlanda
    Xipa 4
    hadir

    ReplyDelete
  54. Nama: Joel Ivan Fredric Warouw
    Kelas: X IPA 2
    Hadir pak

    ReplyDelete
  55. YOLIVIA PRATIWI
    X IPA 5
    HADIR PAK

    ReplyDelete
  56. ABEL MORALES SIMAMORA
    X IPA 6
    HADIR PAK

    ReplyDelete
  57. Anastasya Putri Amanda
    X IPA 4
    HADIR PAK

    ReplyDelete
  58. Jelitha Betsyeba Simanjuntak
    X IPA 3
    Hadir Pak

    ReplyDelete
  59. Ilham Rahmansyah X Ipa²
    Hadir pak

    ReplyDelete
  60. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  61. Giska Maulidina Resky Ersaputri hadir pak

    ReplyDelete
  62. Aqila Fathinah Yumna
    X IPA 2
    Hadir

    ReplyDelete
  63. Jonathan Opel Nainggolan
    X IPA 6
    Hadir

    ReplyDelete
  64. Rouli maida
    X IPA 3
    Hadir

    ReplyDelete
  65. Muhammad Farid Al Faruq
    X IPA 4
    Hadir Pak

    ReplyDelete
  66. Nama : Dessri Murgiantari
    Kelas: X Ipa 4
    Ket. : Hadir

    ReplyDelete
  67. Muhammad Harits Naufal Kurniawan
    X IPA 4
    HADIR PAK

    ReplyDelete
  68. Nama:lola elya julyanty simanjuntak
    Kelas: X IPA 3
    Keterangan: hadir

    ReplyDelete
  69. Arini Fashya Rivai
    X IPA 1
    Hadir pak

    ReplyDelete
  70. Dody Christian Gultom
    X IPA 5
    Hadir pak

    ReplyDelete
  71. Nama: Syarifah Manzavira Elsa Putri
    Kelas: X IPA 6
    Hadir pak

    ReplyDelete
  72. Nama: Elisabeth Hutabarat
    Kelas X IPA 4
    Hadir pak

    ReplyDelete
  73. Nama:Viescha Leonysa.s
    Kelas: X IPA 5
    HADIR PAK

    ReplyDelete
  74. Nama: Samuel Rivaldo Simanjuntak
    Kelas: X IPA 4
    Hadir Pak

    ReplyDelete
  75. Elvan Yohanes Gultom
    X IPA 4
    Hadir

    ReplyDelete
  76. Nama: seteven immanuel simbolon
    Kelas:xipa3
    Hadir

    ReplyDelete
  77. Nama: seteven immanuel simbolon
    Kelas: xipa3
    Hadir

    ReplyDelete
  78. Nama: Rawnanda Nurhasanah
    Kls: X ipa6
    Ket: Hadir

    ReplyDelete
  79. Risma Khairani HRP
    Kelas:XIPA3
    Hadir pak

    ReplyDelete

KONSEP DASAR SEJARAH

Asal Kata dan Arti Kata serta Istilah Sejarah Dari manakah asal kata sejarah itu? Perkataan sejarah mula-mula berasal dari bahasa Arab “syaj...

Postingan Populer