Proses Masuk dan berkembangnya Proto-Melayu di Indonesia
Di
wilayah Indonesia sendiri sebelum kedatangan rumpun Austronesia yang termasuk
di dalamnya Proto-Melayu dan Deutero-Melayu, sudah ada yang menempati wilayah
Indonesia, mereka adalah ras Negrito yang termasuk ras Vedda yang tinggal di
dalam goa-goa untuk berlindung dari bahaya alam maupun dari serangan hewan buas
dan mereka hidup secara berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang
lainnya. Mereka ini dipercaya sebagai ras pertama yang mendiami wilayah
Indonesia saat itu dan mulailah rumpun baru imigran yang datang ke wilayah Indonesia
yaitu rumpun Austronesia.
Rumpun
Austronesia datang ke wilayah Indonesia disebabkan karena adanya tekanan demografis
yang terjadi di sana berupa kepadatan atau terjadinya kelahiran maupun kematian
penduduk bahkan migrasi dan penyelerasan sosio-kultural. Alasanalasan bagi
ekspansi kelompok Austronesia karena perpaduan tekanan demografis dan
penyelarasan sosio-kultural (Michel, Paul Munoz. 2009: 28). Proto-Melayu adalah
bagian dari rumpun Austronesia yang menyebar ke wilayah Indonesia. Rumpun
Austronesia awalnya berasal dari Cina lalu bermigrasi melalui jalur darat ke
Indo-Cina bahkan kemudian ke Semenanjung Malaya. Dari Semenanjung Malaya, para
penutur Austronesia lalu menyebar lewat jalur laut ke kepulauan Indonesia dan
selanjutnya ke timur menuju Melanesia dan Polinesia (Daud Aris Tanudirjo, 2011:
253).
Mereka
yang bermukim di kepulauan Indonesia dan Pasifik juga dikenal sebagai
Malayu-Polinesia (Michel Paul Munoz. 2009: 28). Sehingga menurut Michael dalam
Proses Masuk ..... Johan Setiawan, Wahyu Ida Permatasari 15 bukunya menegaskan
bahwa wilayah pasifik termasuk rumpun Melayu-Polinesia. Rumpun Austronesia yang
diyakini sebagai induk dari rumpun Proto-Melayu dan Deutero-Melayu ini kemudian
menyebar ke wilayah Indonesia dengan beberapa gelombang kedatangannya. Diawali
dengan kedatangan Proto-Melayu dan selanjutnya dalam gelombang kedua
Deutero-Melayu datang ke wilayah Indonesia dengan mendesak Proto-Melayu untuk
tinggal di pedalaman dan membawa mereka ke wilayah timur Indonesia. Tidak heran
bahwa Proto-Melayu ini terdesak oleh Deutero-Melayu ke pedalaman Indonesia
karena kedatangan Deutero-Melayu termasuk sebuah gelombang kedatanganya yang
begitu besar.
Proto-Melayu
diyakini adalah nenek moyang mungkin dari semua orang yang kini dianggap masuk
kelompok Melayu Polinesia yang tersebar mulai dari negara Madagaskar sampai
pulau-pulau paling timur di Pasifik, mereka diperkirakan berimigrasi ke
Kepulauan Indonesia dari Cina bagian selatan. Di Cina tempat tinggal asli
mereka diperkirakan berada di wilayah yang secara kasar termasuk dalam provinsi
Yunan sekarang. Dari situ mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam lalu kemudian
ke kepulauan Indonesia. Kedatangan mereka tampaknya bersamaan dengan munculnya
perkakas neolitik pertama di Indonesia dan dengan demikian dapat ditentukan
pada sekitar 3.000 SM (Bernard Vlekke H.M. 2010: 10).
Bangsa
Melayu Tua (Proto-Melayu) berhasil berlayar dan menetap di Indonesia melalui
dua jalur yaitu: Jalan barat dari daerah Yunan (Cina Selatan) berpindah melalui
Selat Malaka (Malaysia) kemudian masuk ke Pulau Sumatra dan masuk ke Pulau
Jawa. Sedangkan Jalan utara (timur) yaitu dari Yunan (Cina Selatan) berpindah
melalui Formosa (Taiwan) kemudian masuk ke Filipina dilanjutkan penyeberang ke
Pulau Sulawesi dan masuk ke Pulau Papua. Ini dibuktikan dengan penemuan bukti
kebudayaan neolitikum telah berlaku dengan hampir semua peralatan mereka
terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.
Kebudayaan yang dibawa oleh Proto-Melayu ke wilayah Indonesia termasuk tipe neolitik yang dapat dibuktikan dengan pemukiman mereka yang dikenali menyerupai bentuk gerabah yang hampir sama dengan gerabah dari Cina Kuno. Kemungkinan kebudayaan ini dipengaruhi dengan penduduk sebelum kedatangan Proto-Melayu yang saling berinteraksi. Dalam interaksi yang berlangsung diantara mereka, maka akan sering terjadi perkawinan silang diantara keduanya. Yang membuat jumlah rumpun Proto-Melayu dapat berkembang menjadi banyak, salah satunya dengan melakukan kawin silang dengan penduduk lainnya.
Bangsa Proto Melayu
Bukti-bukti percampuran kedua ras ditemukan pada sisa manusia pada situs protosejarah di Anyer (Jawa Tengah) dan Gilimanuk (Bali). Penemuan peninggalan Neolitik (beliung persegi, tembikar, dan lain-lain) (Gede, I Pitana. 2011: 38). Sampai saat ini, keturunan dari Proto-Melayu dapat kita temukan di wilayah Indonesia yaitu suku batak, maka dapat disimpulkan bahwa suku batak termasuk keturunan ProtoMelayu. Kelompok Proto-Melayu, menghuni pedalaman pulau-pulau besar, lebih baik dapat menyimpan kemurnian rasnya, kendatipun sudah terjadi ikatan perkawinan dengan orang pribumi orang Batak di Sumatra, orang dayak di Borneo, orang Alfur di Sulawesi dan di Maluku (George Coedes, 2010: 38). Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan kehidupan dan kebudayaan dari Proto-Melayu yang berlangsung dalam waktu yang lama, akhirnya keturunan Proto-Melayu terdesak di pedalaman dan menyingkir ke pelosok negeri karena adanya pendatang baru ke wilayah Indonesia yang selanjutnya disebut sebagai Deutero-Melayu.
Hasil Aset Proto Melayu
- Kapak
persegi
- kapak
lonjong
- kapak
bahu
- Gerabah
- Perhiasan(
gelang serta manik- manik) Perlengkapan pemukul kayu
Ciri - Ciri Bangsa Proto Melayu
- Berasal dari China (Tiongkok) Selatan, tepatnya daerah Yunan.
- Masuk ke Nusantara (Indonesia) antara tahun 1500 sampai 500 Sebelum Masehi.
- Ciri fisik : kulit berwarna kuning kecoklatan, rambut lurus dan matanya sipit.
- Kebudayaan Neolitikum atau batu muda.
- Singgah di wilayah Indonesia timur : Papua, Nias, Dayak, Mentawai, dan Toraja.
Proses Masuk dan Berkembangnya Deutero-Melayu di Indonesia
Proses
Masuk dan Berkembangnya Deutero-Melayu di Indonesia Proto-Melayu yang telah
menyingkir ke daerah pedalaman Indonesia, diakibatkan karena kedatangan
Deutero-Melayu. Deutero-Melayu membawa budaya yang lebih maju dibandingkan
dengan budaya Proto-Melayu. Kedatangan Deutero Melayu ke wilayah Indonesia tidak
lepas dengan mereka mendesak Proto-Melayu yang ada di wilayah Indonesia. Menurut
teori Sarasin, keturunan Proto-Melayu pada gilirannya terdesak ke pedalaman
oleh datangnya imigrasi baru, Deutero-Melayu yang juga berasal dari daerah
Indocina bagian Utara dan wilayah sekitarnya. Deutero-Melayu diidentifikasikan
dengan orang yang memperkenalkan perkakas dan senjata besi ke dunia kepulauan
Indonesia. Studi mengenai perkembangan peradaban di Indocina tampaknya
menunjukkan suatu tanggal bagi peristiwa itu, imigrasi itu terjadi antara 300
dan 200 SM (Bernard Vlekke H.M. 2010: 10). Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang
ditemukan, diketahui bahwa Bangsa Deutero-Melayu masuk ke wilayah Indonesia
melalui jalur Barat, di mana rute yang mereka tempuh dari Yunan (Teluk Tonkin),
Vietnam, Malaysia, hingga akhirnya tiba di Indonesia
dan mereka menyebar ke wilayah-wilayah yang ada di Indonesia. Rumpun
Deutero-Melayu secara tidak langsung menjalin hubungan dengan Proto-Melayu,
walaupun banyak dari Proto-Melayu sudah menyingkir kepedalaman wilayah
Indonesia. Mengakibatkan rumpun Deutero-Melayu menguasai wilayah Indonesia dan
menyebar secara merata.
Masyarakat Deutero-Melayu membawa kebudayaan perunggu, yang dikenal dengan sebutan Kebudayaan Dong Son. Dong Son adalah tempat asal kebudayaan perunggu di Asia Tenggara, artefak perunggu yang ditemukan di Indonesia serupa dengan artefak perunggu di Dong Son. Deutero-Melayu sudah berhasil membuat barang-barang dari perunggu yang sampai saat ini banyak kita jumpai di beberapa daerah di Indonesia dan masih berbentuk walaupun di beberapa bagian telah mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh alam maupun tindakan dari tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Saat ini untuk membedakan antara Proto-Melayu dan mana yang Deutero Melayu mengalami kesulitan dikarenakan di antara mereka berdua sudah berbaur dengan bebas. Keturunan Deutero-Melayu dapat kita temukan berada di hampir wilayah Indonesia kecuali Gayo dan Alas di Sumatra dan Toraja di Sulawes serta papua yang termasuk Proto-Melayu. Dengan sendirian Proto-Melayu dan Deutero-Melayu berbaur dengan bebas, yang menjelaskan kesulitan membedakan kedua kelompok rasial itu diantara orang Indonesia. Proto-Melayu dianggap mencakup Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara dan Toraja di Sulawesi. Hampir semua orang lain di Indonesia, kecuali orang Papua dan pulau-pulau di sekitarnya, dimasukkan dalam kelas Deutero-Melayu (Bernard Vlekke H.M. 2010: 10).
Ciri fisik Deutro Melayu :
- memiliki kulit antara kuning
langsat dan coklat hitam,
- Bentuk rambut antara lurus dan
keriting.
Ciri – Ciri Deutro Melayu
- Tempat
asal meraka dari Indocina Utara dan mulai masuk ke Indonesia diperkirakan
sekitar tahun 500 SM.
- Dan
pada Bangsa ini sudah mempunyai keterampilan dalam membuat benda – benda
dari bahan dasar logam, misalnya seperti perunggu dan juga besi.
- Kemudian
hasil kebudayaan yang didapat yakni berupa kapak, lalu corong, dan
nekara,kemudian bejana perunggu
- Untuk
suku sangat beragam ada yang Suku Melayu, lalu Makassar, dan Jawa,
kemudian Sunda,Bugis,Minang, dan merupakan hasil keturunan asli dari
bangsa ini.
Persebaran dan peninggalan kebudayaan Proto-Melayu Penutur Austronesia datang ke Nusantara pada zaman Neolithikum yang merupakan zaman dimana terjadi revolusi besar dalam peradaban manusia. Revolusi yang dimaksud adalah perubahan budaya dari hidup food gathering menjadi food producing. (R. Soekmono, 1973: 49). Maka persebaran kebudayaannyapun tidak jauh dari alat dan cara hidup masyarakat di zaman tersebut. Uniknya dizaman ini terjadi percampuran bukan hanya budaya tapi juga percampuran interaksi. Hal ini disebabkan karena arus persebaran masyarakat penutur bahasa Austronesia yang datang ke Nusantara secara otomatis juga berinteraksi dengan masyarakat lokal yakni bangsa Veddoid atau Melanesoid.
Suku Bangsa Deutro Melayu
Kedatangan penutur Austronesia telah menimbulkan interaksi adaptasi dengan populasi lokal (Australomelanesia), bahkan memungkinkan perkawinan campuran. Bukti-bukti percampuran kedua ras ditemukan pada sisa manusia pada situs protosejarah di Anyer (Jawa Barat) dan Gilimanuk (Bali) (I Gde Pitana, 2011: 11). Interaksi sosial yang mereka tunjukkan bukan hanya interaksi damai. Memungkinkan pula interaksi yang tercipta diantara keduanya adalah interaksi konflik. Hal ini dikarenakan jumlah masyarakat penutur bangsa Austronesia yang datang ke Nusantara lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat lokalnya. Penduduk lokal kebanyakan diperbudak, komunitas Austronesia perlahan menduduki lahan-lahan yang terbaik dan terus melakukan pengembangan territorial (Paul Michel Munoz, 2009: 29). Zaman Mesolithikum merupakan zaman dimana masyarakatnya hidup bercirikan food gathering atau mengumpulkan makanan (R. Soekmono, 1974: 38). Zaman Mesolithikum masyarakat lokal Nusantara masih tinggal di gua-gua. Berbeda dengan masa kedatangan bangsa penutur bahasa Austronesia yakni zaman Neolithikum masyarakatnya mulai tinggal di rumah-rumah yang bertiang sederhana berbahan kayu dan atap dari dedaunan (I Gde Pitana, 2011: 12). Terdapat pula perbedaan pada peralatan kehidupan yang dipakai masyarakat di zaman Mesolithikum dan Neolithikum.
Di
berbagai literasi buku menyebutkan bahwa pada zaman Mesolithikum peralatannya
masih kasar, sedangkan zaman Neolithikum peralatan yang digunakan sudah mulai
halus. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi corak zaman Neolithikum adalah
kepandaian masyarakatnya dalam mengasahnya (R. Soekmono¸ 1974: 49). Corak
alat-alat yang digunakan di zaman Neolithikum dibagi menjadi dua bagian yakni
bagian pertama adalah kapak persegi dan bagian kedua adalah kapak lonjong. Maka
Zaman Neolitikum ini sering dinamakan Proto-Melayu (Abdullah Idi, 2011),
pendukung kebudayaan kapak persegi adalah masyarakat yang berbahasa Austronesia
yaitu rumpun Proto-Melayu. Persebaran kapak ini terdapat di wilayah Nusantara
bagian barat, sedangkan pendukung kebudayaan kapak lonjong adalah bangsa Papua-Melanesoide
dan persebarannya pun terdapat di wilayah Nusantara bagian Timur (R. Soekmono,
1974: 79).
Kebudayaan
lain yang menjadi dasar kebudayaan Nusantara saat ini, yang ditanamkan oleh
bangsa penutur bahasa Austronesia selain bertempat tinggal menetap adalah
bersawah atau cara mengolah dan menanam padi, berternak, bermasyarakat,
berperahu cadik dan masih banyak lagi. Menurut Heine-Gelden, ciri-ciri budaya
penutur bahasa Austronesia meliputi, kegiatan cocok tanam padi, berternak
babi-sapi-kerbau untuk upacara, membuat barang tembikar atau gerabah, membuat
kain dari kulit kayu dan menggembangkan gaya seni tertentu. (Daud Aris
Tanudirjo, 2012: 258-260). Selain itu, benda-benda lain yang digunakan pada
zaman Neolithikum seperti perhiasan, pakaian dan tembikar. Kebudayaan tersebut
merupakan warisan kebudayaan dari zaman Neolithikum, yang sampai saat ini kita
pelajari dalam buku-buku sejarah di Indonesia. Kebudayaan rumpun bangsa
Deutero-Melayu ini sampai dengan Zaman Megalithikum merupakan salah satu zaman pra
sejarah yang masyarakatnya sudah hidup mengenal kepercayaan (R. Soekmono, 1975:
72) sehingga dapat dipastikan bahwa mereka juga ahli dan pandai membuat
bangunan-bangunan Megalithikum yang tergolong besar tersebut (R. Soekmono,
1974: 7).
Persebaran
dan peninggalan kebudayaan Deutero-Melayu Rumpun kedua yang masuk ke wilayah
Nusantara dari bangsa penutur bahasa Austronesia adalah rumpun Deutero-Melayu.
Kedatangan rumpun Deutero-Melayu tidak serta merta tanpa membawa perubahan di
Nusantara. Kedatangan rumpun Deutero-Melayu membawa persebaran kebudayaan logam
atau kebudayaan perunggu merupakan salah satu zaman di masa prasejarah
Indonesia. Zaman ini ditandai dengan munculnya berbagai macam alat-alat dari
logam (R. Soekmono¸ 1974: 60) atau disebut dengan kebudayaan perunggu dimana
alat-alatnya dari perunggu. Deutero-Melayu merupakan penghidupan manusia pada
Zaman Logam, H.R. van Heekeren menyebut zaman ini dengan “the Bronze-iron Age”
(H.R. van Heekeren, 1958) . Zaman ini disebut dengan perundagian yaitu sekelompok
atau golongan masyarakat yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis
usaha seperti pembuatan gerabah, perhiasan, atau peralatan batu atau besi.
Sesuai dengan namanya, maka penanda zaman ini adalah tinggalan budaya yang
terbuat dari gangsa/perunggu dan besi. Selain itu, tinggalan budaya lain dari
zaman ini tetap melanjutkan tradisi pada zaman neolitik tetapi dengan bentuk
dan teknik yang lebih baik. Benda gerabah pada zaman ini umumnya sudah
menggunakan teknik roda putar dan memiliki bentuk dan hiasan atau ukiran yang
beraneka ragam. (R. Cecep Eka Permana, 2012: 10-11).
Hasil
kebudayaan ini memiliki kemiripan dengan budaya Dongson yang merupakan salah
satu wilayah di daerah Indocina Vietnam (Paul Michel Munoz, 2009: 40) yang ada
di Nusantara dengan yang ada di wilayah Asia daratan. Masyarakat Deutero-Melayu
kemungkinan pernah atau sering berinteraksi dengan masyarakat yang ada di
wilayah Asia daratan. Terbukti, adanya interaksi dengan Asia Tenggara Daratan
yang membawa teknologi metalurgi khususnya perunggu dari budaya Dongson melalui
jalur perdagangan, Barang-barang kerajinan perunggu telah membanjiri pasar
Nusantara. Barang-barang itu semua ditukarkan dengan komoditi yang ada di
Nusantara. Singkatnya, para bangsa penutur bahasa Austronesia ini telah
terlibat interaksi global (I Gde Pitana, 2011: 17). Bukan hal yang mustahil
apabila Nusantara telah menjadi pasar perdagangan sejak zaman prasejarah,
mengingat letak geografi Nusantara yang sangat strategis dan hasil alamnya yang
melimpah. Bukti lain adalah adanya hiasan-hiasan pada nekara menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang erat antar negeri kita dengan daratan Asia. Nekara atau
Moko semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan
sisi atasnya tertutup. Menurut para ahli nekara ini dibawa ke Nusantara oleh
bangsa yang sama dengan pembawa kebudayaan kapak persegi, yaitu bangsa
Austronesia (R. Soekmono, 1974: 69). Tidak dapat terbantahkan jika kebudayaan
logam yang ada di Nusantara merupakan bagian dari kebudayaan Dongson itu.
Ketika alat baru muncul pastilah cara membuat alat baru itu juga muncul atau
dipelajari, sama halnya dengan kebudayaan logam ini. Hasil kebudayaan berupa
kapak corong, nekara, menhir, dolmen, sarkopagus, kubur batu, dan punden
berundak-undak. Bangsa ini telah mampu membuat perkakas, benda-benda berbahan
dasar logam, seperti perunggu dan besi. Masyarakat rumpun Deutero-Melayu yang
ada di Nusantara juga mempelajari cara membuat peralatan dari logam. Teknik
pembuatan benda-benda dari logam dinamakan a cire perdue (R. Soekmono, 1974:
69). Secara otomatis teknik ini membutuhkan seseorang yang ahli dibidangnya.
Kemudian menjadikan pula sistem pembagian kerja sesuai dengan keahlian yang
masyarakat miliki. Melalui sistem pembagian kerja yang baik ini nantinya akan mengasilkan
masyarakat yang tertata secara status sosial dan ekonomi. Selain Nekara,
benda-benda kebudayaan lain di zaman ini adalah, kapak perunggu atau kapak
corong, yang banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali hingga ke pulau
Selayar. Ada juga perhiasan dan manik-manik yang berasal dari logam (Paul
Michel Munoz, 2009: 39). Perhiasan dan manik-manik inilah yang nantinya semakin memperjelas status sosial
yang berkembang di masyarakat Nusantara.
KESIMPULAN
Proses
masuk dan persebaran peninggalan kebudayaan Proto-Deutero Melayu di Indonesia
yaitu: (1) Bangsa Proto-Melayu berlayar ke Indonesia melalui dua jalur, jalan
barat dimulai dari daerah Yunan (Cina Selatan) berpindah melalui Selat Malaka
kemudian masuk ke Pulau Sumatra dan masuk ke Pulau Jawa. Sedangkan jalur utara
(timur) dari Yunan (Cina Selatan) berpindah melalui Formosa (Taiwan) kemudian
masuk ke Filipina dilanjutkan penyeberang ke Pulau Sulawesi dan masuk ke Pulau
Papua. Sedangkan Bangsa Deutero-Melayu melakukan imigrasi ke wilayah Indonesia
melalui jalur Barat, di mana rute yang mereka tempuh dari Yunan (Teluk Tonkin),
Vietnam, Malaysia, hingga akhirnya tiba di Indonesia dan mereka menyebar ke
wilayah-wilayah yang ada di Indonesia. (2) Bangsa Proto-Melayu hidup di zaman
Neolithikum dimana peralatan yang digunakan sudah halus, maka peninggalan
kebudayaan Bangsa Proto-Melayu yaitu gerabah, beliung persegi, kapak persegi
dan tembikar. Sedangkan bangsa rumpun Deutero-Melayu membawa persebaran
kebudayaan logam atau kebudayaan perunggu yang dimana merupakan salah satu
zaman di masa prasejarah Indonesia. Zaman ini ditandai dengan munculnya
berbagai macam alat-alat dari logam atau kebudayaan perunggu.
Link Absensi 👇
LATIHAN SOAL
Silahkan
kerjakan soal dibawah ini, pilih sesuai kelas anda masing-masing!
Jangan
lupa menulis (Nama
& Kelas)
Nama: Iffando Darmansyah
ReplyDeleteKelas: X IPA 2
Ket: Hadir
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNama : Eva Juniarta Siregar
ReplyDeleteKelas : X IPA 4
Ket:Hadir
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAura Meiswa Maulita
ReplyDeleteX IPA 3
Hadir
Nama: stephanie margaretha sihombing
ReplyDeleteKelas: X IPA 3
Ket: hadir
Nama: Nurul Hafiza
ReplyDeleteKelas: X IPA 5
keterangan: Hadir
Nama : Daniel Priyatna
ReplyDeleteKelas : X IPA 2
KET : HADIR
Nama : NURUL FALAH
ReplyDeleteKelas: X IPA 2
Ket : Hadir
AGNES MONICA HUTAGALUNG
ReplyDeleteX IPA 3
KET: HADIR
Nama:Flora Seacylya Azzahra Harahap
ReplyDeleteKelas:X IPA 6
Ket:Hadir Pak~
INTAN NOVI SETYA RAHMADAN
ReplyDeleteX IPA 6
HADIR
Nama: MUTIA hadiyanti
ReplyDeleteKelas x IPA 4
Ket: hadir
Nama: Bunga Putri Situmeang
ReplyDeleteKelas: X IPA 6
Ket: Hadir
ALFA RIDA CORIN
ReplyDeleteKelas X IPA 3
Hadir pak
Nama: Chykita Haro Aritonang
ReplyDeleteKelas:X IPA 6
Ket: Hadir
AYUNING RIZKI
ReplyDeleteX IPA 6
HADIR
Nama : Adetya Fitra Yani
ReplyDeleteKelas : X IPA 6
Ket : Hadir
Jhelvanest Butar Butar
ReplyDeleteX IPA 3
Hadir
Nama:Elsaday Yonima Simanjuntak
ReplyDeleteKelas:X IPA 6
Ket:Hadir
annisaa fatikhah anggraeni
ReplyDeletex ipa 2
hadir pak
Nama : Reza Fernanda P
ReplyDeleteKelas : X IPA 6
Ket : Hadir
Nama:tri tasya lianita
ReplyDeleteKelas:x ipa 5
Ket:hadir
Nama:Nita Angelina Vesa Purba
ReplyDeleteKelas:X IPA 3
Hadir pak🙏
Only Mayori Paulina sianturi
ReplyDeleteX IPA 5
HADIR PAK
Nama:Domaria Febriana Pandiangan
ReplyDeleteKelas:X IPA 6
Ket : Hadir
Nama; laila nur lutfiah
ReplyDeleteX IPA 5
Hadir pak
Nama : Daniel syah hendrawan siregar
ReplyDeleteKelas: X IPA 2
HADIR PAK
Nama:Rentina Hutauruk
ReplyDeleteKelas:X IPA 6
Ket : Hadir
Nama : krisgiv Abed Samuel sianipar
ReplyDeleteKelas : X IPA 4
HADIR PAK
Nama : Dessri Murgiantari
ReplyDeleteKelas: X Ipa 4
Ket. : HADIR
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNama : Dessri Murgiantari
ReplyDeleteKelas: X Ipa 4
Ket. : HADIR
Nama: Sonya Kristina Silitonga
ReplyDeleteKelas : X IPA 2
Hadir pak
Nama:GILBERT BASA RIO SAMOSIR
ReplyDeletekelas:XIPA6
HADIR PAK
Epi phania monica sitanggang
ReplyDeleteKelas x ipa 4
Hadir pak
Nama:Fahmi Harkat
ReplyDeleteKelas:X IPA 4
Ket:Hadir
Epi phania monica sitanggang
ReplyDeleteKelas x ipa 4
Hadir pak
Nama: Muhammad Bayu Syaifullah
ReplyDeleteKelas: X IPA 2
Hadir pak
Jingga syahhana
ReplyDeleteX IPA 3
Hadir
Nama: Glory Yossy Aharon S. Pane
ReplyDeleteKelas: X IPA 3
Hadir Pak
Nama: Irene Elysa Sefiola Aruan
ReplyDeleteKelas: X IPA 4
Hadir pak
Yudi Ariski
ReplyDeleteKelas X Ipa 1
hadir
Dzubyan athasyah Muhammad
ReplyDeleteX IPA 3
Hadir
Shofi Azahra
ReplyDeleteX IPA 2
Hadir pak
KASIH JEMIMA
ReplyDeleteX IPA 3
HADIR PAK
Sarah Audrey
ReplyDeleteX IPA 6
Hadir
Nama: Katheren roosel
ReplyDeleteKelas: X IPA 3
Ket : Hadir
Sovy Fitria Nuraini
ReplyDeleteX Ipa 4
Hadir
Nama: JUNAEDY AMRY
ReplyDeleteKelas: X IPA 5
Selimarsk Vioni
ReplyDeleteX IPA 4
Hadir
Salwa Tahnia
ReplyDeleteX IPA2
Hadir
Nama :Darweni Harefa
ReplyDeleteKelas:X IPA 5
Ket :Hadir
Nama:Jhon Freclin Joy Sinaga
ReplyDeleteKelas: X IPA 4
Ket:HADIR
Widi Prasetiwi - X IPA 3
ReplyDeleteHadir
Endang Trisnawati Br Nainggolan
ReplyDeleteX IPA 2
Hadir pak
Elisabeth welni fricilia H
ReplyDeleteX IPA 3
Hadir pak
Daniel Ignatius Aritonang
ReplyDeleteX IPA 3
Hadir
Nama : Irdina Lyra Mahfuzah
ReplyDeleteKelas : X IPA 2
Ket. : Hadir pak
SARINA
ReplyDeleteX IPA 4
HADIR PAK
Nadine Teresion Girlanda
ReplyDeleteXipa 4
hadir
Nama: Joel Ivan Fredric Warouw
ReplyDeleteKelas: X IPA 2
Hadir pak
YOLIVIA PRATIWI
ReplyDeleteX IPA 5
HADIR PAK
ABEL MORALES SIMAMORA
ReplyDeleteX IPA 6
HADIR PAK
Anastasya Putri Amanda
ReplyDeleteX IPA 4
HADIR PAK
Choirul Arifin Nasir
ReplyDeleteX IPA 4
Hadir pak
Rahmi safitri
ReplyDeleteX IPA 3
HADIR PAK
Afifah Azzahra
ReplyDeleteX IPA 2
Hadir
Jelitha Betsyeba Simanjuntak
ReplyDeleteX IPA 3
Hadir Pak
Ilham Rahmansyah X Ipa²
ReplyDeleteHadir pak
Muhammad Harits Naufal Kurniawan
ReplyDeleteIPA 4
Hadir
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteGiska Maulidina Resky Ersaputri hadir pak
ReplyDeleteDwi Nur Vania
ReplyDeleteX IPA 6
Hadir
Aqila Fathinah Yumna
ReplyDeleteX IPA 2
Hadir
Jonathan Opel Nainggolan
ReplyDeleteX IPA 6
Hadir
Rouli maida
ReplyDeleteX IPA 3
Hadir
Muhammad Farid Al Faruq
ReplyDeleteX IPA 4
Hadir Pak
Nama : Dessri Murgiantari
ReplyDeleteKelas: X Ipa 4
Ket. : Hadir
Muhammad Harits Naufal Kurniawan
ReplyDeleteX IPA 4
HADIR PAK
Nama:lola elya julyanty simanjuntak
ReplyDeleteKelas: X IPA 3
Keterangan: hadir
Indriani Pratiwi
ReplyDeleteX IPA 6
Hadir pak
Arini Fashya Rivai
ReplyDeleteX IPA 1
Hadir pak
Dody Christian Gultom
ReplyDeleteX IPA 5
Hadir pak
Nama: Syarifah Manzavira Elsa Putri
ReplyDeleteKelas: X IPA 6
Hadir pak
Nama: Elisabeth Hutabarat
ReplyDeleteKelas X IPA 4
Hadir pak
Nama:Viescha Leonysa.s
ReplyDeleteKelas: X IPA 5
HADIR PAK
Nama: Samuel Rivaldo Simanjuntak
ReplyDeleteKelas: X IPA 4
Hadir Pak
Elvan Yohanes Gultom
ReplyDeleteX IPA 4
Hadir
Jeremy manullang
ReplyDeleteXipa 3
Hadir
Dyra Izzah Faiqah
ReplyDeleteXIPA 1
Hadir
Nama: seteven immanuel simbolon
ReplyDeleteKelas:xipa3
Hadir
Nama: seteven immanuel simbolon
ReplyDeleteKelas: xipa3
Hadir
Nama: Rawnanda Nurhasanah
ReplyDeleteKls: X ipa6
Ket: Hadir
Risma Khairani HRP
ReplyDeleteKelas:XIPA3
Hadir pak